A. Pendahuluan
Dalam abad ke 18 yang turut mewarnai kaum Muslimin India secara politis seputar abad ke 19 M. pertama merosotnya kekuasaan kerajaan Mughal yang didahului dengan wafatnya Arungazeb pada 1707 M. Kedua, kokohnya kekuasaan perdagangan inggris di India. Perpecahan dalam politik ini menimbulkan kekacauan, yang kemudian dimanfaatkan oleh kaum Martha untuk menyusun kekuatan di Daccan. Sisa sisa kekuasaan Mughal ini akhirnya habis setelah terjadinya pemberontakan pada tahun 1857 M. Namun demikian, dalam keruntuhan politik kaum muslimin ini, muncullah beberapa tokoh pemikir dikalangna umat Islam India. Salah satu tokoh tesebut yang akan kita diskusikan adalah Sayyid Ahmad Khan.
1. Biografi
Sir Sayyid Ahmad Khan lahir di Delhi, 17 Oktober 1817, dan tumbuh di lingkungan yang religius. Ia mendapatkan pendidikan agama dengan metode klasik dan tradisional. Namun, karena kurang tekun dalam mempelajari bahasa Arab dan Persia, maka pendidikan agama tersebut akhirnya ditinggalkan. Selama masa mudanya, Ahmad Khan banyak menghabiskan waktu untuk bersenang-senang. Tidak jarang ia menghadiri pesta-pesta yang diisi dengan berbagai macam tarian dan nyanyian. Setelah ayahnya meninggal pada tahun 1838, Ahmad Khan bekerja pada perusahaan East India Company. [1]
Semenjak saat itu, ia mendapat tugas berpindah-pindah dari satu kota ke kota lain di India, sewaktu berusia 18 th. Kemudian bekerja sebagai hakim. Di tahun 1846, ia pulang kembali ke Delhi. Ia pulang kembali untuk meneruskan studi. Selain pekerjaan itu, ia juga amat cakap dalam menulis dan mengarang. selama di Dehli beliau mulai mengarang dan karya pertama Sayyid Ahmad Khan yang mendapat penghargaan adalah Athar al-Sanadid yang diterbitkan pada tahun 1847. Buku tersebut berisi sejarah orang-orang terkenal dan monumen-monumen di Delhi. Karya bersejarah ini yang menggambarkan dengan jelas kedangkalan ilmu agama penulisnya, kemudian dicetak ulang pada tahun 1854, dan diterjemahkan ke dalam bahasa Perancis beberapa tahun kemudian. Dan pada tahun 1855 dia pindah ( hijrah ) ke Bijnore, di tempat ini pula dia tetap mengarang buku – buku penting mengenai Islam di India.
Pada tahun 1857 terjadi pemberontakan dan kekacauan di akibatkan politik di Delhi yang menyebabkan timbulnya kekerasan ( anarkis ) terhadap penduduk India. Di masa pemberontakan 1857, ia banyak berusaha untuk mencegah terjadinya kekerasan, sehingga ia dikatakan telah banyak menolong orang inggris dan dianggap telah banyak berjasa bagi mereka. Atas jasanaya tersebut, ia dianugerahi gelar Sir di depan namanya, sedangkan hadiah yang diberikan dalam bentuk lain ia tolak. Hubungan dengan pihak Inggris menjadi baik dan ini dipergunakan untuk kepentingan umat Islam India. Pada tahun 1863, Sayyid Ahmad Khan memperoleh penghargaan sebagai anggota kehormatan Royal Asiatic Society di London.
Ia berusaha meyakinkan pihak Inggris bahwa dalam pemberontakan 1857, umat Islam tidak memainkan peranan utama. Untuk itu Ia keluarkan pamflet yang mengandung penjelasan tentang hal-hal yang membawa pada pecahnya pemberontakan 1857. diantara sebab-sebab yang ia sebut adalah yang berikut:[2]
1. Intervensi Inggris dalam soal keagamaan, seperti pendidikan agama Kristen yang diberikan kepada yatim piatu di panti-panti yang diasuh oleh orang Inggris, pembentukan sekolah-sekolah misi Kristen, dan penghapusan pendidikan agama dari perguruan-perguruan tinggi.
2. Tidak turut sertanya orang-orang India, baik Islam maupun Hindu, dalam lembaga-lembaga perwakilan rakyat, hal yang membawa kepada:
a. Rakyat India tidak mengetahui tujuan dan niat Inggris, mereka anggap Inggris datang untuk merobah agama mereka menjadi Kristen.
b. Pemerintah Inggris tidak mengetahui keluhan-keluhan rakyat India
3. Pemerintah Inggris tidak berusaha mengikat tali persahabatan dengan rakyat India, sedang kestabilan dalam pemerintahan bergantung pada hubungan baik dengan rakyat. Sikap tidak menghargai dan tidak menghormati rakyat India, membawa kepada akibat yang tidak baik.
Atas usaha-usahanya dan atas sikap setia yang ia tunjukkan terhadap Inggris Sayyid Ahmad Khan akhirnya berhasil dalam merobah pandangan Inggris terhadap umat Islam India. Dan sementara ia menganjurkan supaya jangan mengambil sikap melawan tetapi sikap berteman dan bersahabat dengan Inggris untuk menjalin hubungan baik antara orang Inggris dan umat Islam. Agar umat Islam dapat ditolong dari kemundurannya, telah dapat diwujudkan dimasa hidupnya.
Ia melihat umat Islam India mundur dan tidak mengikuti perkembangan zaman. Peradaban islam yang hilang dan berganti dengan peradaban Barat, dengan dasar olmu pengetahuan dan teknologi. Pengetahuan dan teknologi ini, merupakan hasil karya manusia. Oleh karena itu, Sayyid Ahmad Khan berpendapat bahwa kekuatan akal tidak terbatas. Tetapi ia juga percaya, bahwa kekuatan akal mempunyai batas pada kebebasan dan kemerdekaan manusia dalam menentukan kehendak.
Maka dari itu beliau berpaham qodariah (free will and free act) Ia berpendapat, manusia dianugerahi beberapa daya oleh Tuhan, diantaranya:[3]
a. Daya berfikir
Daya yang berupa akal.
b. Daya fisik
Daya yang untuk mewujudkan kehendak.
Mereka mempunyai kebebasan dalam menggunakan daya-daya tersebut. Ia juga percaya bahwa bagi tiap makhluk Tuhan telah menentukan tabi’at atau naturnya. Dan natur yang ditentukan Tuhan ini dan yang didalam Al-Qur’an disebut sunnah Allah. Islam adalah agama yang mempunyai faham hukum alam (hukum alam buatan Tuhan). Antara hukum alam, sebagai ciptaan Tuhan. Dan AL-Qur’an, sebagai sabda Tuhan, tidak terdapat pertentangan.[4]
B. Pembahasan
Diantara ide - ide yang cemerlang itu adalah sebagai berikut
1. Pemikiran Keagamaan.
Pemikiran keagamaan pada tahun 1857, terefleksi secara luas dalam buku berjudul Jilalul Qulub bi Zik al-Mahbub (mensucikan hati dengan mengingat yang dicintai). Disamping itu ada sebuah karya sebelumnya dari Sayyid Ahmad Khan yaitu Asaru al-Sanadid, sebuah peninggalan yang lama dari Dehli dan diterbitkan tahun 1847. Pemikiran agamanya dapat dikenal dengan melihat tulisan-tulisannya yang bercorak puritan, sectarian dan apologetic. Sejak permulaan abad ke19 sampai sekarang, menurut Inggris pemikiran Sayyid Ahmad Khan belum terpengaruh dengan suasana disekitarnya.
Pada tahun 1857 dalam perjalanannya di Inggris memberikan suatu nuansa baru bagi pemikirannya. Dari sebelumnya yang bercorak puritan, sectarian dan apologetic kini berubah menjadi rasional, dinamis dan prakmatis. Ia lebih membicarakan nilai-nilai yang berkaitan dengan fungsional dari pada masalah-masalah yang sulit dimengerti dengan akal. Ia juga berpendapat sains dan teknologi sangat menguntungkan untuk memperkuat argument tentang keyakinan beragama, apabila semua itu berdasarkan dialektika dan tidak bertentangan dengan akal.
2. Pemikiran Social dan Pendekatan Perdamaian.
Kemjuan yang ditimbulkan oleh masyarakat berat itu bukan karena kristennya, melainkan karena intelektualnya yang tinggi dan dapat mengembangkan sains serta teknologi yang ada. Mereka lebih menujunjung tinggi nilai kemanusiaan dan memberikan kebebasan kepada manusia untuk menentukan kehendaknya sendiri dengan catatan tidak merugikan orang lain. Islam sangat toleran terhadap agama lain, namun ada perbedaan yang mendasarinya yaitu bila dilihat dari segi aqidah dan social. Di India Islam dilihat dari segi social sangat minoritas. Dan mereka tidak yakin bila dikemudian harinya kelompok mayoritas akan berbuat adil dalam menentukan konstelasi polotiknya.
Berdasarkan pemahaman tersebut, Ahmad Khan mendekati Inggris menggunakan beberapa cara. Pertama, bangsa Inggris lebih maju teknologinya dibandingkan dengan Islam India. Kedua, kesempatan yang digunakan Ahmad Khan dalam mendekati Inggris untuk memajukan bangsa India, misalnya dengan mengambil ilmu pengetahuan dari Inggris yang kemudian dikembangkan di India. Disamping itu, Ahmad Khan menjauhkan diri dari politik inggris dan lebih mementingkan memeajukan pengetahuan intelektual bagi rakyatnya. Tanpa itu mereka tidak akan bisa mengimbangi politik dan social dari Inggris. Menurutnya, islam itu harus dihilangkan pengaruhnya dari Kristen, Hindu, maupun Budha agar proses kemajuan umat islam lebih cepat. Dan cita-cita yang diinginkannya baru terwujud 90 tahun kemudian, hingga muncullah Islam di Pakistan.
3. Reformasi Bidang Pendidikan dan Social-Keagamaan.
Inilah pokok-pokok pemikiran Sayyid Ahmad Khan mengenai pendidikan dan social-keagamaan sama-sama memberi penghargaan tinggi pada akal manusia dan menganut paham qadariyah. Mereka percaya kepada hukum alam ciptaan Tuhan, serta menentang taklid dan membuka pintu ijtihad yang dianggap oleh umat Islam pada waktu itu. Jalan bagi umat islam India untuk melepaskan diri dari kemunduran dan mencapai kemajuan, ialah memperoleh ilmu pengetahuan dan teknologi modern dari Barat. Agar dapar memperkuat mental umat yang kurang percaya kepada kekuatan akal, dan pada kebebasan manusia serat adanya hukum alam.[5]
Pada tahun 1861 ia mendirikan sekolah Inggris di Muradabad, dan pada tahun 1878 ia juga mendirikan sekolah Mohammedan Angio Oriental College (M.A.O.C) di Aligarh yamg merupakan karya yamg paling bersejarah dan berpengaruh untuk memajukan perkembangan dan kemajuan Islam di India.
M.A.O.C dibentuk sesuai dengan model sekolah di Inggris dan bahasa yang dipakai didalamnya ialah bahasa Inggris. Ilmu pengetahuan modern merupakan sebagian besar dari mata pelajaran yang diberikan. Dalam hubungan ini bahwa disekolah-sekolah Inggris yang diasuh oleh Pemerintahan. Di M.A.O.C pendidikan agama Islam dan ketaatan siswa menjalankan ajaran agama diperhatikan dan dipentingklan. Sekolah itu terbuka bukan hanya bagi orang Islam, tetapi juga bagi orang Hindhu, Parisi, dan Kristen.[6]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar