Kamis, 17 November 2011

agama dan sains


NAMA            : AWANG YULIAS SUPARDI
NIM    : 26.09.4.2.008
JURUSAN : USHULUDDIN/AQIDAH FILSAFAT
 
NAMA            : AWANG YULIAS SUPARDI
NIM    : 26.09.4.2.008
JURUSAN : USHULUDDIN/AQIDAH FILSAFAT

 
AGAMA DAN SAINS MODERN
A.    Peranan dan Tatanan Agama Dalam Sains dan Teknologi.
Dalam sejarah Yunani, kehadiran filsafat “sebagai induk dari ilmu dan sains modern” telah menimbulkan gejolak dalam masyarakat, karena penemuan filsafat bertentangan dengan system kepercayaan. Masa itu masyarakat masih mempercayai dengan adanya para dewa yang mengatur semua kehidupan. Ketika kepercayaan tentang dewa sudah melekat dan menjadi keyakinan para masyarakat Yunani, pemikiran filsafat menggugat kepercayaan tersebut. Mengatakan bahwa kejadian alam dan peristiwa didalamnya terlepas dari kekuatan dewa, dan bukan dewa yang mengendalikan semuanya tetapi semua itu berasal dari alam itu sendiri. Masyarakat mempercayai adanya pelangi adalah para bidadari dari langit yang turun ke bumi. Mitos seperti ini sudah mengental dengan kepercayaan masyarakat dan tidak bias dihilangkan seperti debu yang diterbangkan angin. Pemikiran filsafat tentang pelangi, bukanlah bidadari yang turun kebumi. Melainkan gejala alam biasa yang dapat dijelaskan secara rasional. Pelangi adalah bekas rintik-rintik hujan yang belum turun kebumi yang diterpa oleh sinar matahari, sehingga membentuk pembiasan warna-warni.
Menurut Thales, kejadian alam bukan terjadi karena perkawinan para dewa, tetapi alam berasal dari alam itu sendiri, yaitu air, semua berasal dari air dan akan kembali menjadi air. Kemudian Aristoteles berpendapat bahwa Thales mengatakan hal itu karena bahan makan semua makhluk mengandung zat lembab dan merupakan benih dari seluruh mahluk hidup. Padahal, air bias berubah menjadi benda cair menjadi gas dan benda padat.

B.     Tujuan Agama dan Sains
Minyak dan air merupakan perumpaan yang tepat untuk mencontohkan pandangan terhadap sains dan agama. Minyak dan air merupakan dua paham yang tidak bisa disatukan walaupun menggunakan cara apapun. Seperti dalam pendangan saintis sekuler, agama dan sains memiliki perbedaan yang sangat jauh dan sukar dipertemukan. Agama dengan bidang alam metefisika dan bersumber dari Tuhan, sedangkan sains dengan bidang empiris yang bersumber pada alam. Argumen seperti ini tidak akan menemukan titik temu, baik itu terletak pada sesuatu yang umum dengan objek yang sama yakni manusia. Namun hal ini menunjukan persamaan antara agama dan sains apabila dilihat dari asal usul dan tujuan agama dan ilmu. Sains yang sekuler dengan sumber alam empiris yang bersifat objektif, muncul sebuah pertanyaan dari mana munculnya sumber empiris tersebut? Dengan jawaban bahwa alam empiris terjadi begitu saja tanpa ada sebab akibat yang melatarbelakangi. Andai ada yang menciptakan alam tersebut kita juga tidak bias mengetahui siapa penciptanya. Jawaban seperti ini seperti tidak mempunyai dasar yang kuat. Tidak mungkin alam itu ada dengan sendirinya tanpa ada yang menciptakan. Padahal sains sangat mengedepankan sebab dan akibat sesuatu itu terjadi. Pendapat seperti ini secara tidak langsung para saintis mengakui pencipta yang menciptakan sesuatu dan tidak terjadi oleh dirinya sendiri. Bukan sekedar sebab saja atau asal usul, melainkan Pencipta yang sekaligus memelihara ciptaan-Nya. Dari segi tujuan, agama berfungsi membimbing umat manusia untuk hidup tenang dan bahagia dunia maupun akhirat. Sedangkan sains berfungsi sebagai sarana untuk mempermudak aktivitas manusia di dunia. Agama dan sains mempunyai titik singgung, terutama dalam hal kepentingan dan kebutuhan dasar manusia. Seorang manusia yang terdiri dari dua unsur jasamani dan rohani dengan batasan-batasan tertentu.  Dalam batasan-batasan ini sains dan teknologi membantu fisik manusia yang terbatas. Dengan demikian manusia yang menguasai sains dan teknologi membuat manusia senang dan bahagia serta dapat menikmati hidup dengan penuh kemudahan.

C.    Agama dan Sains Modern sebagai Kebutuhan Manusia
Kemajuan sains dan teknologi abad ini membawa dampak yang sangat kuat dan berkembang pesat. 1000 tahun lalu belum terbayangkan manusia bisa keliling dunia dalam waktu 24 jam. Abad ke-19 belum terpikirkan muncul media elektronik seperti televisi ataupun computer.  Bisa dikatakan 90% penduduk dunia kini menggunakan teknologi. Seseorang yang hidup dalam alam modern tidak mampu menolak teknologi dengan segala bentuk resikonya.  Mereka kini tidak mau dikatakan seseorang yang gaptek dan kuper di zaman sekarang ini. Misalnya sekarang, orang tua kita yang dulu tidak mengenal hanphone sekarang hamper setiap orang entah itu dewasa, muda, tua, memiliki sebuah telephone genggam yang bisa mempermudah dalam berhubungan jarak jauh. Masih ada contoh dampaknya teknologi disekitar kita, tanpa kita sadari kita terlena dengan kecanggihannya. Dampak seperti ini juga mempunyau kekurangan dan kelebihan. Kelebihannya kita bisa mendapat kemudahan dalam beraktivitas. Kekuranggannya masusia sekarang tersetruktur dan terbelenggu dengan teknologi itu sendiri. Sains dan teknologi merupakan hasil daya akal manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Namun, apabila manusia telenggam dalam struktur sains da teknologi berarti eksistensi manusia itu dapat hilang. Seperti pendapat Herbert Marcuse bahwa manusia sekarang adalam manusia satu dimensi “one dimensional man” karena terlalu mengagungkan sains dan teknologi. Kebutuhan manusia tidak hanya untuk mengagungkan sains dan teknologi, melainkan kebutuhan rohani atau penenangan jiwa manusia itu sendiri untuk memenuhi kebutuhan dimasa depan. Kebutuhan rohani ini adalah agama. Misalkan, agama islam menunjukan bahwa kebutuhan rohani dan jasmani saling berkaitan. Seseorang yang memiliki harta yang banyak akan bermanfaat apabila sebagian hartanya untuk orang lain, untuk memperoleh kebahagiaan di akhirat. Jadi, kebahagiaan dunia menjadi prasyarat menusia untuk meperoleh kebahaagiaan akhirat.

D.    Penutup
Pokok pembahasan filsafat agama adalah sebuah kepercayaan manusia yentang hal yang Gaib dan argument tentang Tuhan. Bukti adanya kepercayaan itu tidak bisa dipungkiri oleh siapa pun. Penjelasan argunentatif dalam menetapkan eksistensi Tuhan, bagi sebagian orang beragama tidak dapat menyelesaikan masalah dan mempertebal keyakinan. Karena itu filsafat agama bermanfaat bagi mereka yang meyakini adanya Tuhan. Ada yang mengartika filsafat agama sebagi pintu untuk memperluas cakrawala berfikit tentang agama. Sebab, semakin luas pemikiran orang semakin banyak pilihan tentang argument yang kuat untuk diyakini/dipercayaai. Filsafat agama mengemukakan alternative-alternatif bagi manusia. Manusia disuruh untuk memilih dengan akal sehat dan pikiran yang jernih dan hanya satu yang harus diyakini. Yakni yang terbaik untuk dirinya adalah hasil perenungan dan pemikiran yang panjang dan mendalam. Hasil tersebut membuat orang tidak bebas lagi karena haris terkait dengan ucapan dan pilihannya tersebut. Dalam Filsafat Cina dikatakan “Ketika suatu kata atau kalimat belum diucapkan, seseorang masih bebas, tetapi ketika kata atau kalimat itu diucapkan, maka ia terkait dan terstruktur oleh ucapan tersebut.” Begitu juga dalam memilih agama dan berkeyakinan terhadap Tuhan. Ketika memilih untuk beragama, dia terkait dengan agama tersebut dan segala aturan didalamnya.
Selanjutnya sains dan teknologi harus menyesuaikan diri dengan pesan-pesan moral agama. Karena itu, setiap usaha untuk menemukan atau mencari kebenaran ilmiah harus didasari dengan iman dan moral agama bukan pada filsafat pengetahuan saja. Dengan demikian, teknologi merupakan alat yang dengan sains dapat diterapkan untuk menghasilkan sesuatu. Sains dan tenologi harus digunakan sebagaimana mestinya yaitu membantu kebutuhan manusia, sehingga sains dan teknologi tidak bebas nilai sebab keinginan manusia yang bersifat subjektif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar