Ada sebagian orang yang berpendapat bahwa kata kepercayaan, kebatinan dan kerohanian itu mempunyai pengertian yang sama, yaitu olah jiwa, olah rasa, yang berbeda hanyalah istilah kata saja. Ada lagi yang berpendapat bahwa kebatinan dan kerohanian merupakan penjabaran dari kepercayaan. Disamping itu ada pula yang membedakan antara pengertian istilah kata tersebut yaitu kepercayaan adalah sebutan bagi kelompok masyarakat yang mempercayai adanya Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan hasil cipta, rasa dan karsa manusia. Kepercayaan juga berarti suatu aliran yang mempunyai paham yang bersifat dogmatis yang terjalin dengan adat istiadat hidup sehari- hari dacri berbagai suku bangsa yang mempercayai terhadap apa saja yang dipercayai pada nenek moyang.
Arti kebatinan bagi pengikut aliran kepercayaan kebatinan Sumarah yaitu usaha kesadaran penggalian diri pribadi untuk mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan sujud menyembah melalui batin rohani. Menurut mereka “Kebatinan” di Indonesia ini sejak dahulu kala sebelum agama datang telah dimiliki oleh bangsa Indonesia, sebab itu kebatinan yang sekarang bernama kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa itu bukanlah agama baru. Bukanlah mereka yang sembahyang dan menyembah atau sujud itu adalah batin atau rohani, bukan hanya jasmani saja.
Tataran tertinggi ilmu sumarah adalah tumbuhnya iman tauhid, kesadaran yang tetap di dalam diri seseorang bahwa dia adalah makhluk ciptaan yang sebenar-benarnya dan sesungguh-sungguhnya tidak dapat apa-apa, tidak mempunyai apa-apa, dan tidak kuasa apa-apa, yang seharusnya dan sepantasnya hanya melulu taat, patuh, bersembah sujud, dan mengabdi hanya kepada Allah Swt semata, yang menciptakannya, yang sebenar-benarnya dan yang sesungguh-sungguhnya yang dapat melakukan apa saja, yang mempunyai apa saja, dan yang berkuasa apa saja.
Sumarah merupakan suatu bentuk meditasi yang awalnya berasal dari Jawa. Praktek ini didasarkan pada pengembangan kepekaan dan penerimaan melalui relaksasi tubuh, perasaan dan pikiran. Tujuannya adalah untuk menciptakan ruang di dalam diri kita, batin dan kesunyian, yang diperlukan untuk mewujudkan jati diri. Di Jawa terdapat aliran-aliran kebatinan dan merupakan suatu perkumpulan dengan anggota yang tidak sedikit. Seperti misalnya Paguyuban Sumarah yang didirikan pertama kali di Yogyakarta pada tanggal 08 September 1935. R.Ng. Soekirnohartono ialah seorang pendiri dan sekaligus guru pertama Sumarah.
Penyebaran ajaran kebatinan Sumarah bermula ketika R.Ng. Soekirnohartono merasa menerima wahyu yang diturunkan padanya dari Tuhan YME. Setelah itu ia berkewajiban untuk menyampaikan ajaran sumarah kepada semua manusia. Pada awal munculnya, Paguyuban Sumarah dikepalai oleh tiga orang yang dikenal dengan istilah Trio Pinisepuh yaitu Pak Kino, Pak Hardo, dan Pak H. Sutadi. Ketiganya mempunyai tugas berbeda namun tetap dalam koridor Sumarah. Pak Kino sebagai pengemban tugas Penerima dan sekaligus penjaga kemurnian Dawuh/Tuntunan Tuhan YME, Pak Hardo bertugas di bidang pendidikan warga dan Pak H. Sutadi sebagai pengembang organisasi.
Sejak tahun 1950, Paguyuban Sumarah membentuk sebuah organisasi. Inti kegiatan Organisasi Paguyuban Sumarah, tak lain mempelajari, mempraktekkan, sekaligus memerdalam ke-sumarah-an bagi seluruh anggotanya melalui bentuk ritual peribadatan rohani dan secara bersama-sama. Perkembangan selanjutnya, Sumarah juga melahirkan banyak tokoh, baik pusat (sentral) maupun daerah. Tokoh-tokoh itu adalah sebagai berikut:
a. Tokoh sentral Organisasi:
Dari tahun 1935 - 1950 : Bp. R. Ng. Soekino Hartono, Pak Suhardo, Pak H. Sutadi
b. Tokoh daerah :
1. Bapak Soewondo (Surakarta) bersama Bapak Sri Sampoerno tokoh penghimpun WNA
2. Bapak Kyai Abdoel Hamid (Banjarsari - Madiun)
3. Bapak May. Purn. Soekardji (Jawa Timur)
4. Bapak Moestar (Gresik)
5. Bapak Sichlan dan Bapak Suyadi ( Ponorogo )
Sumarah dan sumeleh
Sumarah berasal dari kata srah (serah) dalam bahasa Jawa yang berarti pasrah/menyerah, mendapat sisipan um yang punya makna melebihkan sehingga kata sumarah kurang lebih artinya adalah sangat pasrah atau serah diri yang total. Apabila hal ini dihubungkan dengan sikap terhadap Tuhan YME seperti halnya kata sumarah ing Allah , maka makna yang terungkap adalah Serah Diri Total atau kepasrahan dalam arti meliputi segala aspek lahir maupun batin di dalam Kuasa Allah (Tuhan YME).
Sumarah yang dalam bahasa Jawa mengandung arti pasrah, sikap atau perasaan ini bisa ditimbulkan oleh adanya pemahaman akan kekalahan, kekurangan atau kelemahan diri kita terhadap sesuatu sehingga membuat kita tunduk , takluk dan juga menjadi penurut/patuh. Demikian pula halnya dalam kaitannya Sumarah terhadap Allah Tuhan YME, karena kita mengetahui betapa Maha Kuasa -Nya Allah Tuhan YME sekaligus memahami betapa tidak berdaya dan tidak berharganya kita manusia di hadapan Allah Tuhan YME, maka semakin pasrah, tunduk , takluk dan semakin patuhlah kita kepada Tuhan YME. Di sinilah semua harus hati-hati, sebab di kala hati kita sudah merasa paling paham tentang Tuhan YME kebanyakan menilai orang lain atau kelompok lain menjadi berada di bawah kita.
Rasa percaya insani manusia bias timbul dalam hati terhadap sesama manusia, apabila sudah memenuhi beberapa syarat yakni sudah pernah ketemu, kenal dan menjalin hubungan.rasa percaya itu merupakan kodratnya sendiri tetepi harus ada syarat-syarat dalam mempercayai tuhan. Karena itu dalam hidup berilmu penyerahan diri adalah sumarah ing karep, tetapi semua itu membutuhkan waktu untuk menjalannkannya tanpa ada penyerahan kehendak dalam melakukan sesuatu maka akan mengalami kerugian. Kepercayaan terhadap tuhan yang bebas dari keraguan itu, bukan dengan penyerahan kehendak saja tetapi memberhentikan semua kesibukan pemikiran terhadap tuhan. Sumarah di sini merupakan penyerahan diri dalam kehendak, sedangkan sumeleh berarti menghentikan pemikiran. Dengan keperyaan seperti itu kita dapat menyimpulkan tuhan sebagai tuhan, karena tuhan itu adalah tuhan.
Misalnya, ada seorang anak yang menanyakan “mengapa dia itu bapakku?” mereka menerima orang tuanya sebagai mana mestinya. Kepercayaan anak terhadap orang tuanya tidak ada batasnya, mereka menggantungkan semua kebutuhannya hidupnya kepada orang tua. Inilah pandangan kepercayaan menurut pandangan ilmu yang harus kita miliki. Semua pemahaman kepercayaan kepada Tuhan yang timbul karena pemikiran, tentu akan mengandung unsur kurang percaya. Hanya dengan kepercayaan sederhana (murni) yang dapat menerima Tuhan sebagai Tuhan dan memperlakukan Tuhan sebagai Tuhan tanpa memikirkan komentar. Karena sikap jiwa ini merupakan suatu kenyataan rohani dalam hati kita, yaitu kuasa mutlak atas kehendak kita (manusia).
Sumarah dan sumeleh dapat membawa manusia kedalam suatu penerapan hidup atau mengubah diri. Jiwa raga yang kita ubah untuk menjadi manusia berilmu. Dengan kecerdasan otak manusia tidak mungkin bisa meraba mana yang dinamakan arti kehidupan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar