PEMIKIRAN KALAM ULAMA MODERN
( SAYYID AHMAD KHAN )
Oleh: Mochamad Soef, SH, S.HI
Riwayat Hidup Sayyid ahmad Khan Sayyid Ahmad Khan berasal dari keturunan Husein, cucu Nabi Muhammad SAW melalui Fatimah dan Ali dan dia dilahirkan di Delhi pada tahun 1817 M. Nenek dari Syyaid Ahmad Khan adalah Syyid Hadi yang menjadi pembesar istanah pada zaman Alamaghir II ( 1754-1759 ) dan dia sejak kecil mengenyang didikan tradisional dalam wilayah pengetahuan Agama dan belajar bahasa Arab dan juga pula belajar bahasa Persia. Ia adalah sesosok orang yang gemar membaca buku dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan dan dia ketika berumur belasan tahun dia bekerja pada serikat India Timur. Bekerja pula sebagai Hakim, tetapi pada tahun 1846 ia kembali pulang kekota kelahirannya Delhi.
Di kota inilah dia gunakan waktunya dan kesempatannya untuk menimba ilmu serta bergaul dengan tokoh – tokoh , pemuka Agama dan sekaligus mempelajari serta melihat peninggalan – peninggalan kejayaan Islam, seperti Nawab Ahmad Baksh, Nawab Mustafa Khan,Hakim Mahmud Khan, dan Nawab Aminuddin. Selama di Delhi Sayyid Ahmad Khan memulai untuk mengarang yang mana karyanya yang pertama adalah Asar As – Sanadid. Dan pada tahun 1855 dia pindah ( hijrah ) ke Bijnore, di tempat ini pula dia tetap mengarang buku – buku penting mengenai Islam di India. Pada tahun 1857 terjadi pemberontakan dan kekacauan di akibatkan politik di Delhi yang menyebabkan timbulnya kekerasan ( anarkis ) terhadap penduduk India. Ketika dia melihat keadaan masyarakat India kususnya Delhi, ia berfikir untuk meninggalkan India menuju Mesir, tetapi dia sadar dan terketuk hatinya harus memperjuangkan umat Islam India agar memjadi maju, maka ia berusaha mencegah terjadinya kekerasan dan konflik, seta mejadi penolong orang Ingrish dari pembunuha, hingga di beri gelar Sir, tetapi ia menolaknya atas gelar yang di berikan tersebut. Pada tahun 1861 ia mendirikan sekolah Inggris di Muradabad, dan pada tahun 1878 ia juga mendirikan sekolah Mohammedan Angio Oriental College ( MAOC ) di Aligarh yamg merupakan karya yamg paling bersejarah dan berpengaruh untuk memajukan perkembangan dan kemajuan Islam di India.
Pemikiran – pemikiran Sayyid Ahmad Khan
Pemikiran Sayyid Ahmad Khan mempunyai kesamaan dengan Muhammad Abduh di mesir , setelah Abduh berpisah dengan Jamaluddin Al- Afghani dan setelah sekembalinya dari pengasingan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa ide yang dikemukakannya, terutama akal yang mendapat penghargaan tinggi dalam pandangannya. Meskipun dia sebagai penganut ajaran Islam yang taat dan mempercayai adanya kebenaran dari Tuhan adalah wahyu, tetapi di berpendapat bahwa akal bukan segalanya bagi manusia dan kekuatan akal hanyalah terbatas yang sifatnya relative.
Dan menurut Ahmad Khan bahwasannya keyakinan, kekuatan dan kebebasan akal yang menjadikan manusia menjadi bebas untuk menentukan kehendak dan melakukan perbuatab sesuai yang dia inginkan. Jadi pemikirannya itu mempunyai kesamaan dengan pemikiran Qodariyah, Contohnya manusia telah di anugrai oleh Allah berbagai macam daya, di antaranya adalah daya fakir yang berupa akal, dan daya fikir untuk merealisasikan kehendak yang di inginkannya. Dan barang siapa yang percaya terhadap hukum alam dan kuatnya mempertahankan konsep hukum alam ia di anggap sebagai orang yang kafir.
Umat Islam yang berdomisili di India mengalami kemerosotan dan kemunduran sebagai mana yangdi kemukakan oleh Ahmad Kahn yaitu di karenakan mereka tidak mengikuti perkembangan zaman yang sedang berlangsung mereka cenderung mengikuti pendahulu mereka, tetapi bahwasanya ia menentang keras dengan faham Taklid, sebagaimana yang dianut dalam faham Qodariyah. Dan juga sebab kemunduran Islam di India dikarenakan mereka terlena dengan gaung peradapan Islam klasik sehingga mereka tidak menyadari bahwa peradapan baru telah tumbuh dan bermunculan di Barat. Timbulnya peradapan serta kemajuan ini di dasari oleh Ilmu pengetahuan dan teknologi pada orang-orang Barat tersebut.
Khan mengemukakan bahwa Tuhan telah menentukan tabiat dan Nature ( sunnatullah )bagi setiap mahkluk-Nya yangtetap dan tidak berubah. Menurutnya Islam adalah agama yang paling sesuai dengan hukum alam dan Al-quran adalah
firman-Nya. Maka sudah barang tentu sejalan dan tidak ada pertentangan. Dia tidak mau dalam suatu pemikirannya terganggu dan terbatasi oleh orentasi Hadist dan Fiqih, di karenakan segala sesuatu diukur dengan kritik rasional, serta menolak segala yang bertentangan dengan logika dan hukum alam. Ia hanya mau mengambil Al-qur’an sebagai landasan dan pedoman Islam, sedang yang lainnya hanyalah membantu dan kurang begitu penting. Contohnya, atas penolakan Hadist dikarenakan berisi moralitas Masyarakat Islam pada abad pertama ataupun pada abad ke dua sewaktu Hadist dikumpulkan dan dikodifikasikan. Sedangkan hukum Fiqih menurutnya berisi tentang moralitas masyarakat sampai saat timbulnya mazhab – mazhab dan menolak taqlid. Sebagai konskuensi dari penolakan taqlid tersebut Khan memandang perlu sekali untuk di adakannya ijtihad – ijtihat baru untuk menyesuaikan pelaksanaan ajaran – ajaran Islam dengansituasi dan kondisi masyarakat yang senantiasa mengalami perubahan.
Kesimpulan
Bahwasanya faham dan pemikiran yang dianut Oleh Sayyid Ahmad Khan ada kesamaan dengan faham yamg dianut oleh Qodariyah, misalnya manusia di anugrahi Tuhan berbagai macam daya diantaranya fikiran yang berupa akal dan daya fisik untuk merealisasikan kehendak.
Adapun penolakan taqlid oleh Ahmad Khan dikarenakan dapat mengurangi relevansi Qur’ an dengan masyarakat baru pada zaman tersebut, maka ia memandang perlu diadakannya ijtihat – ijtihat baru (tajdid) untuk menyesuaikan dalam peraksis ajaran – ajaran agama Islam dengan situasi, kondisi dan perkembangan masyarakat yang terus menerus mengalami perubahan ataupun tajdid dalam kehidupan mereka
Dan ia mengedepankan rasio ataupun pemikiran-pemikiran, dan menolak semua yang bertentangan dengan logika dan hukum alam, misalnya Hadist dan Fiqih di karenakan itu semua adalah esensinya moralitas – moralitas masyarakat pada zaman abad pertama dalam pengumpulan Hadist tersebut dan adapun Fiqih yang esensinya tentang moralitas masyarakat berikutnya sampai timbulnya mazhab – mazhab. Tetapi Sayyid Ahmad Khan tetap mengambil Al-qur’ an sebagai pedoman, rujukan dan landasan atas ajaran – ajaran agama Islam.
Pemikiran Pembaharuan Sayyid Ahmad Khan
Riwayat Hidup Sayyid ahmad Khan
Sayyid Ahmad Khan berasal dari keturunan
Husein, cucu Nabi Muhammad SAW melalui Fatimah dan Ali dan dia dilahirkan di
Delhi pada tahun 1817 M. Nenek dari Syyaid Ahmad Khan adalah Syyid Hadi yang
menjadi pembesar istana pada
zaman Alamaghir II ( 1754-1759 ) dan dia sejak kecil mengenyam pendidikan tradisional dalam wilayah
pengetahuan Agama dan belajar bahasa Arab dan juga pula belajar bahasa Persia.
Ia adalah sosok orang yang gemar membaca buku dalam berbagai bidang ilmu
pengetahuan dan dia ketika berumur belasan tahun dia bekerja pada serikat India
Timur. Bekerja pula sebagai Hakim, tetapi pada tahun 1846 ia kembali pulang ke
kota kelahirannya Delhi.
Di kota inilah dia gunakan waktunya dan
kesempatannya untuk menimba ilmu serta bergaul dengan tokoh – tokoh , pemuka
Agama dan sekaligus mempelajari serta melihat peninggalan – peninggalan
kejayaan Islam, seperti Nawab Ahmad Baksh, Nawab Mustafa Khan,Hakim Mahmud
Khan, dan Nawab Aminuddin. Selama di Delhi Sayyid Ahmad Khan memulai untuk
mengarang yang mana karyanya yang pertama adalah Asar As – Sanadid.
Dan pada tahun 1855 dia pindah ( hijrah ) ke Bijnore, di tempat ini pula dia
tetap mengarang buku – buku penting mengenai Islam di India. Pada tahun 1857
terjadi pemberontakan dan kekacauan di akibatkan politik di Delhi yang
menyebabkan timbulnya kekerasan ( anarkis ) terhadap penduduk India. Ketika dia
melihat keadaan masyarakat India kususnya Delhi, ia berfikir untuk meninggalkan
India menuju Mesir, tetapi
dia sadar dan terketuk hatinya harus memperjuangkan umat Islam India agar
memjadi maju, maka ia berusaha mencegah terjadinya kekerasan dan konflik, serta mejadi penolong orang Inggris dari pembunuhan, hingga di beri gelar Sir, tetapi ia
menolaknya atas gelar yang di berikan tersebut. Pada tahun 1861 ia mendirikan
sekolah Inggris di Muradabad, dan pada tahun 1878 ia juga mendirikan sekolah
Mohammedan Angio Oriental College ( MAOC ) di Aligarh yamg merupakan karya yamg
paling bersejarah dan berpengaruh untuk memajukan perkembangan dan kemajuan
Islam di India.
Ketika Inggris menginjakkan kakinya dan
menancapkan benderanya di India, kemudian runtuhlah perbendaharaan Kerajaan
Timur (diambil dari nama Timurlenk pendiri kedaulatan Mongol pada abad ke
enambelas Masehi). Yang menjadi tujuan mereka adalah untuk melemahkan aqidah
ummat Islam dan agar mereka (ummat Islam) menganut paham orang-orang Inggris.
Tujuan yang lain adalah untuk mempersempit kehidupan ummat Islam dengan
mengadakan berbagai penekanan dan paksaan-paksaan. Dengan demikian maka ummat
Islam tidak akan mengenal aqidah Islam yang sebenarnya dan akan melalaikan
kewajibannya. Ketika para pemerintah lalim itu gagal memanfaatkan cara pertama,
mereka mempergunakan cara yang kedua. Mereka mulai merencanakan untuk
menghilangkan Agama Islam dari India, sebab mereka hanya takut menghadapi kaum
muslimin yang kehilangan pemimpin dan hak-hak mereka.
Maka datanglah seorang bernama Sayyid Ahmad
Khan (gelar bangsawan di India) mendekati penjajah Inggris untuk
meraih keuntungan. Mulai dia melangkah untuk meninggalkan agamanya (Islam) dan
menganut agama yang dipeluk oleh bangsa Inggris. Ia mulai menulis sebuah buku
dimana ia menyatakan bahwa Taurat dan Injil tidak pernah diubah-ubah oleh
tangan manusia, untuk mendapatkan pangkat dari tangan penjajah. Orang Inggris
tidak percaya kepadanya sehingga ia benar-benar menyatakan bahwa dirinya adalah
“seorang Kristen”. Ia sadar bahwa usahanya yang hina ini sia-sia belaka dan ia
tidak mampu mengubah agama penganut Islam kecuali beberapa orang saja. Maka ia
memulai cara lain dalam pengabdiannya kepada pemerintah Inggris: dengan memecah
belah persatuan ummat Islam. Ia memunculkan dirinya sebagai seorang naturalis
ateis dan menyatakan bahwa tak ada sesuatu apapun kecuali alam (nature) dan
bahwa alam ini tidak ada Tuhan yang menciptakan, Ia menyatakan bahwa semua Nabi
adalah naturalis, tidak percaya kepada Tuhan yang membuat undang-undang.
Pemerintah Inggris merasa bahagia dengan usahanya itu, dan melihat bahwa cara
tersebut adalah yang paling baik untuk merusak hati kaum Muslimin. Mereka
menghormati dan menjunjung Ahmad Khan dan membantu dia untuk mendirikan sekolah
di Alighar dengan nama sekolah “Muhammadiyin”, sebagai perangkap untuk
menghimpun pemuda-pemuda Mu’min dan dididik menurut pemikiran Ahmad Khan.
Ahmad Khan juga menulis sebuah tafsir Al
Qur’an, dimana ia banyak mengubah maksud yang sebenarnya. Ia menerbitkan
majalah bernama Tahdzibul-Akhlaq yang isinya hanya
membingungkan pikiran kaum Muslimin dan memecah belah mereka serta menyalakan
api permusuhan antara ummat Islam India dan yang lain, khususnya warga kerajaan
Ottoman. Secara terus terang ia menghilangkan seluruh agama yang ada, namun
pada hakekatnya agama Islam, Ia mengajak manusia untuk kembali ke “alam”,
dengan alasan bahwa bangsa Eropa tidak akan maju peradabannya dan tidak akan
memiliki ilmu pengetahuan, kerendahan hati dan kekuatan yang begitu tinggi
kecuali dengan membuang agama dan kembali kepada maksud agama yang sebenarnya,
yaitu menyelidiki nature (alam). Itulah pendapatnya.
Sistem penafsiran Ahmad Khan terhadap Al
Qur’an didasarkan atas dasar nature (alam), yang menentang adanya Mu’jizat dan
hal-hal yang ada diluar kebiasaan. Maka ia menyatakan bahwa “kenabian” adalah
tujuan yang dapat diperoleh dengan jalan latihan jiwa (Riyadloh Nafsiyah),
tujuan tersebut adalah alami dan manusiawi, dan caranya pun manusiawi tidak
luar biasa. Namun demikian ia mengakui Muhammad sebagai penutup Risalah Ilahi.
Ketika menerangkan ayat tentang
peperangan, ia melemahkan kewajiban jihad pada masa yang akan datang. Dan ayat
yang berhubungan dengan Ahlul Kitab, ia tafsirkan bahwa tak ada jarak antara
ahlul kitab dan ummat Islam. Ia mengajak kerja sama antara orang-orang Islam
dan orang-orang Barat, ia mengajak kepada Humanisme Agama (yakni kemanusiaan
yang dianjurkan oleh semua agama samawi). Dalam konsep tersebut tak ada
perbedaan negara, bangsa, agama, dan paham. Dengan demikian Ahmad Khan memiliki
jasa di bidang politik dan pendidikan disertai motivasi pembaharuan agama. (Al
Bahiy, M, Dr. 1986:4-8).
Sayyid Ahmad Khan yang kemudian dihujat
dan dicap kafir oleh para ulama’ Makkah, beliau tidak langsung putus asa dalam
memperjuangkan pendapatnya, bahkan beliau tidak menggubrisnya. Sementara
menurut cendekiawan muda Muslim India, beliau diagungkan karena memiliki
ide-ide yang cemerlang untuk membangkitkan ummat Islam India dari keterpurukan.
Sayyid Ahmad Khan berpendapat bahwa
peningkatan kedudukan umat Islam India, dapat diwujudkan hanya dengan bekerja
sama dengan Inggris. Inggris merupakan penguasa yang terkuat di India dan menentang kekuasaan, itu tidak akan membawa kebaikan bagi umat
Islam India. Hal ini akan membuat mereka tetap mundur dan akhirnya akan jauh
ketinggalan dari masyarakat Hindhu India.
Jalan yang harus ditempuh umat Islam untuk
memperoleh ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperlukan itu bukanlah bekerja
sama dengan Hindu dalam menentang Inggris tetapi memperbaiki dan memperkuat
hubungan baik dengan Inggris.
Ia berusaha meyakinkan pihak Inggris bahwa
dalam pemberontakan 1857, umat Islam tidak memainkan peranan utama. Untuk itu
Ia keluarkan pamflet yang mengandung penjelasan tentang hal-hal yang membawa
pada pecahnya pemberontakan 1857. diantara sebab-sebab yang ia sebut adalah
yang berikut:
1. Intervensi Inggris dalam
soal keagamaan, seperti pendidikan agama Kristen yang diberikan kepada yatim
piatu di panti-panti yang diasuh oleh orang Inggris, pembentukan
sekolah-sekolah misi Kristen, dan penghapusan pendidikan agama dari
perguruan-perguruan tinggi.
2. Tidak turut sertanya
orang-orang India, baik Islam maupun Hindu, dalam lembaga-lembaga perwakilan
rakyat, hal yang membawa kepada:
· Rakyat India tidak
mengetahui tujuan dan niat Inggris, mereka anggap Inggris datang untuk merobah
agama mereka menjadi Kristen.
· Pemerintah Inggris tidak
mengetahui keluhan-keluhan rakyat India.
· Pemerintah Inggris tidak
berusaha mengikat tali persahabatan dengan rakyat India, sedang kestabilan
dalam pemerintahan bergantung pada hubungan baik dengan rakyat. Sikap tidak
menghargai dan tidak menghormati rakyat India, membawa kepada akibat yang tidak
baik.
Atas usaha-usahanya dan atas sikap setia
yang ia tunjukkan terhadap Inggris, Sayyid Ahmad Khan akhirnya berhasil
dalam merobah pandangan Inggris terhadap umat Islam India. Dan sementara itu
anjuran supaya jangan mengambil sikap melawan tetapi sikap berteman dan
bersahabat dengan Inggris untuk menjalin hubungan baik antara orang Inggris dan
umat Islam. Agar umat Islam dapat ditolong dari kemundurannya, telah dapat
diwujudkan dimasa hidupnya.
Diantara ide-ide yang cemerlang itu adalah sebagai
berikut:
1. Sayyid Ahmad Khan berpendapat
bahwa peningkatan kedudukan ummat Islam India, dapat diwujudkan dengan hanya
bekerjasama dengan Inggris. Inggris merupakan penguasa terkuat di India, dan
menentang kekuasaan itu tidak membawa kebaikan bagi ummat Islam India. Hal ini
akan membuat mereka tetap mundur dan akhirnya akan jauh ketinggalan dari
masyarakat Hindu India. Disamping itu dasar ketinggian dan kekuatan barat,
termasuk didalamnya Inggris, ialah ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Untuk
dapat maju, ummat Islam harus pula menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi
modern itu. Jalan yang harus ditempuh ummat Islam untuk memperoleh ilmu
pengetahuan dan teknologi modern yang diperlukan itu bukanlah kerjasama dengan
Hindu dalam menentang Inggris tetapi memperbaiki dan memperkuat hubungan baik
dengan Inggris. Ia berusaha meyakinkan pihak Inggris bahwa dalam pemberontakan
1857, ummat Islam tidak memainkan peranan utama. Atas usaha-usahanya dan atas
sikap setia yang ia tunjukkan terhadap Inggris. Sayyid Ahmad Khan akhirnya
berhasil dalam merobah pandangan Ingris terhadap ummat Islam India. Dan
sementara itu kepada ummat Islam ia anjurkan supaya jangan mengambil sikap
melawan, tetapi sikap berteman dan bersahabat dengan inggris. Cita citanya
untuk menjalani hubungan baik antara inggris dan umat islam, agar demikian
ummat islam dapat di tolong dari kemunduranya ,telah dapat di wujudkan di masa
hidupnya.
2. Sayid Ahmad Khan melihat bahwa
ummat Islam India mundur karena mereka tidak mengikuti perkembangan zaman.
Peradaban Islam klasik telah hilang dan telah timbul peradaban baru di barat.
Dasar peradaban baru ini ialah ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu pengetahuan
dan teknologi modern adalah hasil pemikiran manusia. Oleh karena itu akal
mendapat penghargaan tinggi bagi Sayyid Ahmad Khan. Tetapi sebagai orang Islam
yang percaya kapada wahyu, ia berpendapat bahwa kekuatan akal bukan tidak
terbatas. Karena ia percaya pada kekuatan dan kebebasan akal, sungguhpun
mempunyai batas, ia percaya pada kebebasan dan kemerdekaan manusia dalam
menentukan kehendak dan melakukan perbuatan Alam, Sayyid Ahmad Khan
selanjutnya, berjalan dan beredar sesuai dengan hukum alam yang telah
ditentukan Tuhan itu. Segalanya dalam alam terjadi menurut hukum sebab akibat.
Tetapi wujud semuanya tergantung pada sebab pertama (Tuhan). Kalau ada sesuatu
yang putus hubungannya dengan sebab pertama, maka wujud sesuatu itu akan
lenyap.
3. Sejalan dengan ide-ide diatas,
ia menolak faham Taklid bahkan tidak segan-segan menyerang faham ini. Sumber
ajaran Islam menurut pendapatnya hanyalah Al Qur’an dan Al Hadist. Pendapat
ulama’ di masa lampau tidak mengikat bagi ummat Islam dan diantara pendapat
mereka ada yang tidak sesuai lagi dengan zaman modern. Pendapat serupa itu
dapat ditinggalkan. Masyarakat manusia senantiasa mengalami perubahan dan oleh
karena itu perlu diadakan ijtihad baru untuk menyesuaikan pelaksanaan
ajaran-ajaran Islam dengan suasana masyarakat yang berobah itu. Dalam mengadakan
ijtihad, ijma’ dan qiyas baginya tidak merupakan sumber ajaran Islam yang
bersifat absolute. Hadits juga tidak semuanya diterimanya karena ada hadits
buat-buatan. Hadits dapat ia terima sebagai sumber hanya setelah diadakan
penelitian yang seksama tentang keasliannya.
4. Yang menjadi dasar bagi system
perkawinan dalam Islam, menurut pendapatnya, adalah system monogamy, dan bukan
system poligami sebagaimana telah dijelaskan oleh ulama’-ulama’ dizaman itu.
Poligami adalah pengecualian bagi system monogamy itu. Poligami tidak
dianjurkan tetapi dibolehkan dalam kasus-kasus tertentu. Hukum pemotongan
tangan bagi pencuri bukan suatu hukum yang wajib dilaksanakan, tetapi hanya
merupakan hukum maksimal yang dijatuhkan dalam keadaan tertentu. Disamping hukum
potong tangan terdapat hukum penjara bagi pencuri. Perbudakan yang disebut
dalam Al Qur’an hanyalah terbatas pada hari-hari pertama dari perjuangan Islam.
Sesudah jatuh dan menyerahnya kota Makkah, perbudakan tidak dibolehkan lagi
dalam Islam. Tujuan sebenarnya dari do’a ialah merasakan kehadiran Tuhan,
dengan lain kata do’a diperlukan untuk urusan spiritual dan ketenteraman jiwa.
Faham bahwa tujuan do’a adalah meminta sesuatu dari Tuhan dan bahwa Tuhan
mengabulkan permintaan itu, ia tolak. Kebanyakan do’a, demikian ia menjelaskan,
tidak pernah dikabulkan Tuhan.
5. Dalam ide politik, Sayyid
Ahmad Khan, berpendapat bahwa ummat Islam merupakan satu ummat yang tidak dapat
membentuk suatu Negara dengan ummat Hindu. Ummat Islam harus mempunyai Negara
tersendiri,. Bersatu dengan ummat Hindu dalam satu Negara akan membuat
minoritas Islam yang rendah kemajuannya, akan lenyap dalam mayoritas ummat
Hindu yang lebih tinggi kemajuannya.
Inilah pokok-pokok pemikiran Sayyid Ahmad
Khan mengenai pembaharuan dalam Islam. Ide-ide yang dimajukannya banyak
persamaannya dengan pemikiran Muhammad Abduh di Mesir. Kedua pemuka pembaharuan
ini sama-sama memberi penghargaan tinggi kepada akal manusia, sama-sama
menganut faham Qadariyah, sama-sama percaya kepada
hukum alam ciptaan Tuhan, sama-sama menentang taklid, dan sama-sama membuka
pintu ijtihad yang dianggap tertutup oleh ummat Islam pada umumnya diwaktu itu.
D. Usaha-usaha yang dicapai
oleh Sayyid Ahmad Khan.
Sebagai telah tersebut diatas, jalan bagi
ummat Islam India untuk melepaskan diri dari kemunduran dan selanjutnya
mencapai kemajuan, ialah memperoleh ilmu pengetahuan dan teknologi modern
Barat. Dan agar yang tersebut akhir ini dapat dicapai sikap mental ummat yang
kurang percaya kepada kekuatan akal, kurang percaya pada kebebasan manusia dan
kurang percaya pada kebebasan manusia dan kurang percaya pada adanya hukum
alam, harus dirubah terlebih dahulu.
Perubahan sikap mental itu ia usahakan
melalui tulisan-tulisan dalam bentuk buku dan artikel-artikel dalam bentuk
majalah Tahzib Al Akhlaq. Usaha melalui pendidikan juga ia tidak lupakan,
bahkan pada akhirnya kedalam lapangan inilah ia curahkan perhatian dan pusatkan
usahanya.Di tahun 1876 ia dirikan sekolah Inggris di Muradabad.
Di tahun 1879 ia mendirikan sekolah
Muhammedan Anglo Oriental College (MAOC) di Aligarh yang merupakan karyanya
yang bersejarah dan berpengaruh dalam cita-citanya untuk memajukan ummat Islam
India.
KESIMPULAN
Sebagai langkah untuk membangkitkan
kembali umat Islam, Sayyid Khan mengemukakan tiga langkah yang harus ditempuh :
(1) bekerjasama dalam bidang politik; (2) mengambil ilmu-ilmu kebudayaan Barat;
(3) menafsir ulang Islam dalam bidang pemikiran. Gagasan untuk menjalin
hubungan dengan negara Inggris dan menyingkirkan penolakan kaum muslimin terhadap
kemajuan Barat mulai ia perjuangkan.
Sayyid khan berpendapat bahwa Al-Quran
merupakan satu-satunya asas untuk memahami Islam. Hal ini ia dasarkan pada
perkataan Umar Ibnu Khathab, “Cukuplah bagi kita kitabullah”. Dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, maka untuk memahami Al-Quran tidak mungkin
bersandar pada Al-Quran menggunakan penafsiran kontemporer. Ia berpendapat
bahwa ayat-ayat muhkamat bersifat asasi atau mengandung dasar-dasar aqidah,
sedangkan ayat-ayat mutasyabbihat menerima lebih dari satu penafsiran yakni
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan manusia. Perubahan terjadi setiap saat,
ilmu pengetahuan dan pengalaman manusia bertambah. Oleh karena itu untuk
menghadapi perubahan tersebut harus terjadi perubahan pemahaman manusia
terhadap ayat-ayat mutasyabbihat. Karena boleh jadi akan ada penafsiran lain
yang lebih sesuai dengan ilmu pengetahuan alam manusia masa kini.
Menurut Ahmad Khan, hanya Al-Quran yang
menjadi asas dalam memahami agama, sedangkan hadits yang dapat dijadikan
sebagai sandaran hanyalah hadits-hadits yang sesuai dengan nash dan ruh
Al-Quran, yang sesuai dengan akal dan pengalaman manusia dan yang tidak
bertentangan dengan hakekat sejarah. Bahkan setiap hadits yang bertalian dengan
masalah dunia hanya berlaku khusus bagi kondisi dan keadaan bangsa Arab pada
masa nubuwah, dan tidak mengikat bagi seluruh kaum muslimin.
Tampaknya poin terpenting yang dinafikan
Ahmad Khan adalah dalam menerima hadits. Ia berpendapat perkara-perkara agama
bersifat tetap, sedangkan perkara-perkara dunia berubah-ubah. Sampai disini
dapat disimpulkan bahwa menurut Ahmad Khan, hadits-hadits tidak diterima
sebagai sumber hukum diera setelah masa kenabian. Ia pun akhirnya menyangsikan
kelayakan pendapat-pendapat fuqaha dahulu untuk diterapkan pada masa sekarang.
Maka pintu ijtihad terbuka untuk seluruh masalah. Menurutnya perbedaan visi dan kebebasan yang luas merupakan
satu-satunya jalan untuk memajukan umat. Salah satu pendapatnya yang cukup
mendapat tanggapan keras dari beberapa kalangan adalah bahwa Allah telah
menciptakan dan membuat hukum-hukum, akan tetapi Allah tidak turut campur dalam
hukum alam. Dari sisi cukup memperlihatkan bahwa ia menggunakan sistem nilai
dari pemikiran Barat untuk memahami agama dan menafsirkan Al-Qur’an.
DAFTAR PUSTAKA
Al Bahiy, Muhammad, Dr. 1986. Pemikiran
Islam Modern. Jakarta: Pustaka Panjimas.
Nasution, Harun, Dr, Prof. 1990. Pembaharuan Dalam Islam Sejarah
Pemikiran DanGerakan. Jakarta: PT Bulan Bintang.
Anwar, Rosihon, Drs, M.Ag. Ilmu kalam. Untuk UIN, STAI, PTAIS. Bandung : Pustaka Setia
http://www.cis-ca.org/voices/k/syydkhn.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar