Sabtu, 15 Februari 2014

kematian menurut heidegger bag. 5



BAB V
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Berdasarkan analisa pembahasan yang telah diuraikan dalam bab sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan terhadap pemikiran Martin Heidegger tentang makna kematian manusia.
1.      Menurut Martin Heidegger kematian merupakan akhir dari eksistensi suatu makhluk, sehingga Heidegger mengatakan kematian bagaikan buku yang berhenti pada halaman terakhir yakni tamat. Dalam arti bahwa kematian manusia merupakan puncak dari eksistensi manusia itu sendiri. Manusia hidup karena adanya roh yang berada pada tubuh manusia, bila roh itu pergi maka tubuh manusia sudah tidak berfungsi lagi sebagai mana mestinya. Eksistensi manusia berhenti pada hilangnya roh dalam tubuh manusia yang menyebabkan manusia tersebut mati dan tidak dapat tumbuh berkembang.
93
 
Kematian manusia sebagai esensi dari manusia di dunia, kematian secara eksplisit menunjukan tidak hanya berhubungan dengan manusia tetapi juga dengan Ada. Heidegger mengatakan kematian bukan sekedar kecelakaan yang terjadi dalam hidupku, kematian adalah kemungkinan dalam hidupku. Perwujudan kematian tidak dapat dielakan dan akan direalisasikan melalui diriku dengan cara pribadi yang otentik tanpa penghindaran terhadap kemungkinan tersebut.
2.      Agama sebagai dasar keyakinan manusia menjelaskan bahwa kematian merupakan jalan menuju pada kehidupan yang sebenarnya yakni alam akherat. Setiap manusia yang mati mereka akan berada dalam fase kehidupan selanjutnya. Kehidupan yang sebenarnya dan hanya bisa diketahui oleh mereka yang sudah mati. Setiap Agama ataupun keyakinan yang dianut oleh setiap manusia sudah dijelaskan dan diajarkan bagi mereka untuk meyakini hal-hal yang ghoib. Pemikiran Heidegger tentang kematian manusia sebagai puncak eksistensi dan tidak meyakini adanya kehidupan setelah kematian, sungguh bertentangan dengan islam yang menjelaskan dengan detail tentang kematian dan akhir dari dunia.
Heidegger juga mengatakan bahwa “Ada menuju pada kematian” (Sein-zum-Tode). Menurutnya manusia yang hidup di dunia ini merupakan pengada dan yang diadakan oleh sesuatu. Adanya manusia di dunia ini menuju pada kematian yang membawa manusia berada pada puncak eksistensinya. Manusia tidak akan merasa damai atau bahagia sebelum mereka mengalami mati. Namun arti kematian menurut Heidegger ini tidak meyakini adanya kehidupan setelah kematian. Maka dari itu keyakinan yang dianut setiap manusia selama ia masih hidup memberikan dorongan dan spirit bagi mereka agar tidak terlena dengan kehidupan dunia yang bersifat sementara. Pemikiran Heidegger  ini kurang baik adanya bila diterapkan dalam Agama islam sebagai keyakinan yang baik dan benar.

B.     Saran
Saran-saran yang dapat peneliti sampaikan sebagai berikut:
1.      Bagian Akademik
Penelitian tentang Martin Heidegger masih sedikit yang membahasnya, padahal pemikiran Heidegger tentang Ada yang membawanya dikenal dunia sangat fenomenal. Banyak tokoh yang berada dalam aliran eksistensialisme akan tetapi sedikit yang memahami pemikiran Heidegger. Peneliti berharap pada pembaca agar supaya penelitian ini menjadi acuan dan wacana bagi semua yang membacanya untuk menambah kasanah keilmuan dalam berfilsafat, memperdalam pemikiran filsafat barat terutama, serta membentuk kerangka pemikiran.
2.      Masyarakat
Martin Heidegger merupakan salah satu tokoh dalam eksistensialisme dengan pemikirannya yang sangat mendunia. Disamping Heidegger menjelaskan tentang esensi kebenaran, dasein, ada dan tiada serta masih banyak lagi, banyak masyarakat yang tidak menyadari dampak dari pemikiran Heidegger. Peneliti berharap agar masyarakat lebih dalam mengenal dan memahami apa yang dimaksudkan dalam pemikiran Heidegger itu sendiri. Peneliti juga menyarankan untuk tetap berpegang teguh pada keyakinan masing-masing dalam mempelajari pemikiran dari Martin Heidegger.


DAFTAR PUSTAKA
Abhayahema, Upasika Pandita. Viija-Dhamma. Jakarta: Yayasan Sekta Jaya Abadi, 1991.
Adian, Donny Gahral. Senjakala Metafisika Barat. Depok: Koekoesan, 2012.
Ali Riyadi, Ahmad. Psikologi Sufi Al-Ghazali. Yogyakarta: Panji Pustaka, 2008.
Ali, Yunasir, Manusia Citra Ilahi. Jakarta: Paramadina. 1997.
Arifah, F, Menguak Fenomena Mati Suri. Yogyakarta: Leutika, 2011.
Bakhtiar, Amsal. Filsafat Agama. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007.
Bakker, Anton dan Achmad Charris Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat. Yogyakarta: Kanisius, 1990.
Bertens, K, Filsafat Barat Kontemporer. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2000.
Chodjim, Ahmad, Syech Siti Jenar Makna “Kematian”. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2002.
Defgaauw, Bernard, Filsafat Abad 20. Terj. Soejono Soemargono. Yogyakarta: Tiara Wacana, 1988.
Ensiklopedia Islam 3, Jakarta : PT. Ichtisar Baru Van Hoeve, 1994.
Ghazali, Terj. Ismail Yakub. Ihya’ Al-Ghazali. Jakarta: Faizan, 1997.
H. F. Ramaldlan, Abu, Terjemahan Duratun Nassihin. Surabaya: Mahkota, 1987.
Hadiwijono, Harun, Sari Sejarah Filsafat Barat 2. Yogyakarta: Kanisius, 1980.
                        , Agama Hindu dan Budha. Jakarta : BPK-GM, 2005.
Hardiman, F. Budi, Heidegger dan Mistik Keseharian. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2003.
Heidegger, Martin, An Introduction to Metaphysics. Diterjemakan oleh  Ralph Manhheim. Garden City, New York: Doubleday-Anchor Books. 1961.
                        , Existence and being di edit dengan introduksi, oleh Warner Brock, Chicago: Henry Regnery Company, 1949.
                        , Sein Und Zeit. Tubingen: Max Niemeyer. 1953.
Hidayat, Komaruddin, Psikologi Kematian. Jakarta: Noura Books, 2012.
Kementrian Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta: Dep. Agama RI, 1978.
Keene, Michael, Agama-Agama Dunia. Yogyakarta : Kanisius, 2006.
Lemay, Eric dan Jennifer A. Pitts. Heidegger untuk Pemula. Yogyakarta: Kanisius, 2001.
Mohyiddin, Muthilb, Tahap-tahap Kehidupan Manusia Menurut Pandangan Islam. Jakarta : Gunung Jati.
Mudhofir, Ali, Kamus Filsafat Barat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001.
MZ, Labib, Kehidupan Manusia di Alam Akherat. Surabaya: Bintang Usaha Jaya, 2003.
Novianti, Cucum, Jika Aku Tahu Kapan Akhir Kehidupanku. Yogyakarta: Aulia Publishing, 2011.
Pandita Abhayahema, Upasika. Viija-Dhamma. Jakarta: Yayasan Sekta Jaya Abadi, 1991.
Pitts, Eric Lemay dan Jennifer A, Heidegger untuk Pemula. Yogyakarta: Kanisius, 2001.
Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka, 2007.
Quraisyhab, M. Tafsir Al Syihab. Jakarta: Lentera Hati, 2002.
S, Roosjen, Irasionalisme. Jakarta: De Unic, 1957.
Sholihin, Muhammad, Sambut Kematian dengan Tersenyum. Solo: Tiga Serangkai, 2009.
                        , Manunggaling Kawula-Gusti. Jakarta: Narasi, 2008.
Syafi’ie, Inu Kencana, Filsafat Kehidupan. Jakarta: Bumi Aksara, 1945.
                        , Pengantar Filsafat. Bandung: Refika Aditama, 2004.
Tafsir, Ahmad, Filsafat Umum Akal dan hati Sejak Thales Sampai James. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1998.
Terj. Ismail Yakub, Ihya’ Al-Ghazali. Jakarta: Faizan, 1997.
Wisnumurti, Rangkai. Sangkan Paraning Dumadi. Yogyakarta: Diva Press, 2012.
Zaprulkhan, Filsafat Umum sebuah Pendekatan Tematik. Jakarta: Rajawali Pres, 2012.
Zubaedi, dkk, Filsafat Barat Dari Logika Baru Descartes hingga Revolusi Sains ala Thomas Kuhn. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar