PROPOSISI
A. PENDAHULUAN
Telah kita ketahui, logika mempelajari
cara bernalar yang benar dan kita tidak bisa melaksanakannya tanpa memiliki
terlebih dahulu pengetahuan yang menjadi premisnya. Dengan menggunakan premis
yang dapat dipertanggungjawabkan dan melalui proses penalaran yang sah akan
menghasilkan kesimpulan yang benar. Premis-premis di mana logika bergelut
berupa pernyataan dalam bentuk kata-kata, meskipun dalam penyelidikan lebih
lanjut dijumpai pernyataan dalam bentuk rumus-rumus. Pernyataan manusia yang
ingin mengungkapkan sebuah keinginan, perintah, harapan, kaguman, dan
penggunaan realitas tertentu baik dikatakan dalam bentuk positif maupun
negatif. Dalam makalah ini kita akan mempelajari lebih lanjut apa itu
proposisi, bagaimana bentuk-bentuk dan contohnya.
B. PEMBAHASAN
1. Pengertian
Pernyataan logika berurusan dengan
sebuah pernyataan pikiran dalam bentuk terakhir, seperti:[1]
Hasan
adalah manusi penyabar.
Agus
Salim adalah seorang diplomat.
Besi
tidak lebih ringan dari pada selembar kertas.
Melihat dari beberapa pernyataan
tersebut dan memperhatikannya maka dapat
di simpulkan, sebuah pernyataan dalam bentuk kalimat yang dapat dinilai benar
dan salahnya, atau bisa disebut dengan proposisi.
Proposisi merupakan bentuk terkecil
dalam pikiran yang mengandung maksud sempurna. Proposisi disini masih bisa
dianalisis menjadi kata-kata, tetapi kata-kata hanya dapat menghadirkan
pengertian sesuatu, bukan pemikiran sesuatu. Contoh: Ambilkan aku segelas air.
2. Pembagian
Proposisi
Berdasarkan sumbernya, proposisi dibedakan
menjadi dua macam, yakni:
a. Proposisi
Analitik
Proposisi yang predikatnya mempunyai pengertian atau
sudah terkandung dalam subjeknya.
Contoh:
Gajah adalah binatang mamalia.
Karena kata ‘binatang mamalia’ pada contoh tersebut
sudah terkandung pengertiannya pada subjek ‘gajah’. Jadi, proposisi analitik
ini tidak memberikan pengertian yang baru dalam predikatnya. Bisa dikatakan
proposisi analitik disebut juga proposisi a priori.
b. Proposisi
Sintetik
Proposisi yang predikatnya mempunyai pengertian yang
bukan menjadi keharusan bagi subjeknya.
Contoh:
Gadis itu berbadan besar.
Karena kata ‘berbadan besar’ pada contoh tersebut
pengertiannya belum terkandung pada subjek, yaitu ‘gadis’. Karena bisa
dikatakan tidak hanya gadis yang berbadan besar, seekor gajah juga memiliki
badan besar. Jadi proposisi sintetik merupakan lukisan kenyataan empirik yang
menguji kebenarannya dan diukur berdasarkan kenyataan empiriknya sesuai atau
tidak. Proposisi ini juga bisa disebut proposisi a posteriori.
Berdasarkan bentuknya, proposisi dibagi
menjadi 3 macam, yakni:
a. Proposisi
Kategorik
Proposisi kategorik adalah proposisi yang mengandung
pernyataan tanpa adanya syarat.
Contoh:
Anak-anak yang tinggal di asramah adalah mahasiswa.
Proposisi kategorik, yang paling sederhana terdiri
dari satu term subjek, satu term predikat, satu kopula dan satu quantifier.[2]
Kopula adalah kata yang menyetakan hubungan antara
term subjek dengan term predikat. Quantifier adalah kata yang
menunjukkan banyaknya satuan yang diikat oleh term subjek.
Contoh:
sebagian manusia adalah pemabuk
Sebagian=quantifier,
manusia=term subjek, adalah=kopula, pemabuk=term predikat
Apabila quantifier suatu proposisi
menunjukkan pada permasalahan universal, seperti; seluruh, semua, segenap, maka
proposisi itu disebut proposisi universal. Apabila menunjukkan permasalah
partikular, maka disebut proposisi partikular. Dan apabila menunjukkan pada
permasalahan singular, maka disebut proposisi singular.
Perlu diketahui, apabila dalam sebuah kalimat tidak
dinyatakan quantifier-nya, belum tentu subjek tidak mengandung
pengertian banyaknya satuan yang diikatnya. [3]Untuk
dapat mengetahuinya tanpa ada quantifier kita dapat mengetahui lewat
subjek dan predikat, seperti:
·
Proposisi universal : Semua tanaman membutuhkan air.
·
Proposisi partikular : Sebagian mannusia dapat menerima
pendidikan.
·
Proposisi singular : Seorang yang bernama hasan
adalah seorang guru.
Proposisi tersebut dapat dinyatakan quantifier-nya
tanpa mengubah kuantitas proposisinya:
·
Proposisi universal : Tanaman membutuhkan air.
·
Proposisi partikular : Manusia dapat menerima pendidikan.
·
Proposisi singular : Hasan adalah guru.
Kopula seperti yang sudah dijelaskan adalah kata
yang menjelaskan hubungan subjek dan predikat, baik yang mengiakan maupun yang
mengingkari. Kopula menentukan kualitas proposisinya. Bila ia mengiakan disebut
proposisi positif, dan bila ia mengingkari disebut proposisi negatif.[4]
Dari beberapa kombinasi antara kuantitas dan
kualitas proposisi maka kita mengenal beberapa macam proposisi, yaitu:
v Universal
positif, contoh: Semua manusia akan mati.
v Partikular
posistif, contoh: Sebagian manusia adalah guru.
v Singular
positif, conttoh: Susi susanti adalah pemain bulu tangkis.
v Universal
negatif, contoh: Semua kuda bukan burung.
v Partikular
negatif, contoh: Beberapa siswa SMP tidak naik kelas.
v Singular
negatif, contoh: Fatimah bukan gadis pemalu.
Lambang permasalahan dan rumusan proposisi
Lamabang
|
Permasalaha
|
Rumus
|
A
|
Universal positif
|
Semua S adalah P
|
I
|
Partikular positif
|
Sebagian S adalah P
|
E
|
Universal negatif
|
Semua S bukan P
|
O
|
Partikular negatif
|
Sebagian S bukan P
|
b. Proposisi
Hipotetik
Proposisi yang mengandung persyaratan dalam sebuah
kalimat. Kalau proposisi kategorik kopulanya selalu ‘adalah’,’bukan’, atau
‘tidak’; maka proposisi hipotetik kopulanya berupa ‘jika, apabila, manakala’
yang kemudian dilanjutkan ‘maka’, meskipun yang terakhir ini sering tidak
dinyatakan dalam kalimat.
Contoh:
Jika permintaan bertambah maka harga akan naik.
Pada dasarnya kalimat itu terdiri dari dua proposisi
kategorik ‘Permintaan bertambah’ dan ‘Harga akan naik’. Kata ‘jika’ dan ‘maka’
dalam kalimat tersebut merupkan kopula dari proposisi hipotetik. ‘Permintaan
bertambah’ disebut juga antecedent dan ‘harga akan naik’ disebut sebagai
akibat atau konsekuen.
Proposisi
hipotetik dibedakan menjadi dua macam bentuk:
Petama,
bila A adalah B maka A adalah C. seperti: Bila Hasan rajin ia akan naik kelas.
Kedua,
bila A adalah B maka C adalah D. seperti: Bila hujan saya naik becak.
Antara
sebab dan akibat dalam proposisi hipotetik mempunyai hubungan adakalanya
merupakan hubungan kebiasaan dan keharusan.
Proposisi
hipotetik dalam hubungan kebiasaan
Contoh:
Jika hujan turun, saya tidak akan pergi.
Proposisi
hipotetik dalam hubungan keharusan
Contoh:
Bila sesuatu itu hidup maka ia membutuhkan air.
c. Proposisi
Disyungtif[5]
Proposisi
yang mempunyai persyaratan tertentu dalam sebuah kalimat. Seperti halnya
proposisi hipotetik, proposisi disyungitif juga terdiri dari dua proposisi
kategorik. Proposisi jika tidak benar maka salah; jika dianalisis menjadi:
‘Proposisi itu benar’ dan ‘Proposisi itu salah’. Kopula dalam proposisi
disyungitif berupa ‘jika’ dan ‘maka’ yang mengubah proposisi kategorik menjadi
permasalahan disyungitif.
Contoh:
Hidup kalau tidak bahagia adalah susah.
Dalam
proposisi hipotetik kopula menghubungkan sebab dan akibat, sedangkan dalam
proposisi disyungitif kopula menghubungkan dua alternatif. Dalam proposisi
disyungitif terdiri dari dua bentu, yakni: Proposisi disyungitif sempurna
dengan alternatif kontradiktif
Contoh:
A mungkin B mungkin non B
Budi
mungkin masih hidup mungkin sudah mati.
Proposisi
disyungitif tidak sempurna dengan alternatif tidak berbentuk kontradiktif
Contoh:
A mungkin B mungkin C
Budi
di toko atau di rumah.
C. PENUTUP
Sebagaiman pemaparan diatas bahwa
membicarakan tentang Logika tidak akan pernal lepas dari apa yang disebut
sebagi sebuah keputusan. Sementara dalam mengekspresikan sebuah keputusan,
tentunya dibutuhkan kata-kata, lalu kata-kata itu pada akhirnya membentuk
sebuah ungkapan. Dari ekspresi ungkapan kata muncul apa yang disebut dengan
proposisi atau dalam bahasa mantik disebut dengan istilah qadliyah.
Sebarnya antara ilmu logika secara
umum dan ilmu mantiq secara khusus, keduanya mempunyai substansi dan esensi
yang sama yakni sebuah disiplin keilmuan yang berusaha mengarahkan untuk
berfikir secara logis dan sistematis.
DAFTAR
PUSTAKA
Mundiri.
Logika. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994.
Saipudin.
Diklat Perkuliahan Ilmu Mantik (Logika). Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah Pres, 2004.
Hasan,
M. Ali. Ilmu Mantik Logika, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1991.
PROPOSISI
Makalh ini disusun untuk memenuhi
tugas matakuliah:
LOGIKA MANTIK
Dosen pengampu Drs. H. Amir
Ghufron, M. Ag
Disusun oleh:
Arif Setiawan : 26.09.4.2. 007
Awang Yulias Supardi :
26.09.4.2.008
Farid Hermanto : 26.09.4.2.009
PRODI AQIDAH FILSAFAT
JURUSAN USHULUDDIN
FAKULTAS USHULUDDIN
DAKWAH
INSTITUT AGAMA
ISLAM NEGERI SURAKARTA
2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar