Rabu, 19 November 2014

MAKALAH ALIRAN KEBATIAN - HARDOPUSURO



HADOPUSORO

PENDAHULUAN
Paguyuban ilmu mistik kebatinan berlatar belakang budaya dan filsafat Jawa (Kejawen) ini tergolong tua usianya.Paguyuban ini banyak melahirkan kaum waskita dan paling berpengaruh pada masa akhir Kolonialisme di Indonesia.Lebih mudah menelusuri aliran kebatinan dari riwayat hidup para pendirinya. Sebab dari para pendiri paguyuban, kita bisa mengetahui apa dan bagaimana awalnya mereka mendapatkan wahyu.

PEMBAHASAN
Sejarah dan pengertian Hardopusoro
Aliran Hardopusoro adalah salah satu diantara kelompok aliran kebatinan yang ada ditanah jawa.Aliran ini sudah dikenal sejak perang dunia ke II.Hardopusoro lahir pada tahun 1895, dan diperintis oleh Ki Sumocitro.Hardopusoro pertamakali diajarkan di Malang, dan kemajuan aliran ini dapat dikatakan lamban.Masyarakat mengenalnya dengan “ilmu manuk”, karena pendirinya berasal dari desa kemanukan dan yang menjadi peyebab lambatnya perkembangan aliran ini dikarenakan perdirinya yang mempunyai sifat tertutup, tidak mau mengajarkan ajarannya ini dengan terbuka.Bahkan dia juga tidak menerbitkan ajaran ini menjadi sebuah buku atau brosur-brosur.
Dia melaukan itu semua dikarnakan pengertian hardopusoro sendiri adalah ajaran tentang pribadi-pribadi orang. Jadi tidak  layak kalau ajaran tentang kepribadian manusia ini diajarkan secara terbuka, menurut orang-orang hardopusoro. Aliran hardopusoro dalam megajarkan alirannya menempuh jalan rahasia, dikarnakan mereka ingin ajrannya benar-benar menghujam kedalam lubuk hati muridnya. Bahkan pada masa mulanya dalam mengajarkan ajarannya sering mengambil tempat ditengah sungai sambil merendam tubuhnya hingga lehernya( kungkum). Malah ada salah satu ajarannya yang sampai sekarang tidak boleh diajarkan didalam rumah, istilah mereka”ing ngasdhap wangon”
Mengapa aliran ini bernama Hardopusoro, menurut orang hardopusoro sebagai berikut. Hardo adalah bahasa jawa artinya gerak yang sangat kuat, kata lain”getar” atau “kedher”. Pusoro artinya tali atau ikatan untuk mengikat sesuatu.Jadi dari segi bahasa hardopusoro berarti getaran yang diikat.Sedangkan yang dimaksud getaran atau hardo adalah getaran atau pancaindera. Getaran panca indra menimbulkan kesadaran pada manusia, kesadaran manusia menimbulkan keresahan-keresahan, lebih-lebih bila tidak dikekang sama sekali. Menurut Hardopusoro gejolak getaran pancaindra yang merupakan pintu gerbang untuk masuk kealam kesadaran haruslah diatur dan diikat agar tidak menimbulkan keresahan, namun menimbulkan ketentraman, ketenangan. Oleh karena itu mereka menamakan juga aliran ini dengan “Kaweruh Paugering Pancaindra”,artinya Pengetahuan Pengendalian Pancaindera.
Sebagai ilmu pengendalian pancaindra Hardopusoro mempunyai tujuan yaitu untuk menetramkan pancaindera ”lereming pancadriya” dan hardopusoro mempunyai tujuan yang lebih jauh lagi yaitu bersatu dengan Gaib (Tuhan). Adapun cara untuk mengendalikan pancaindera, Hardopusoro mengajarkan dengan “wiridan kawruh”, “patrap”, dan “wewaler” (larangan).
Wiridannya agar orang selalu dapat mengatur pancainderanya dengan diam dan tenang. Larangannya, Wiridan Kawruh Kasunyatan Gaib Hardopusoro tidak boleh ditulis atau diajarkan kepada orang lain yang bukan anggota atau warga Hardopusoro.
Ajaran Hardopusoro Tentang Tuhan dan Manusia
Pendiri aliran ini ialah orang yang diberi gelar Sang Maha Yogi Ki Sumocitro yang meninggal pada tanggal 7 September 1922 di Jakarta dan dimakamkan dipurworejo.Penerusnya yang terkenal ialah Ki Ageng Prawirowijoyo, dan ia mengumpulkan ajaran ki Sumocrito ke dalam sebuah buku yang diberi nama hardopusoro Nusantara Indonesia Kawruh Kasunyatan Wewedara Ketrangan Wiganti.Dari buku inilah ajaran tentang manusia Hardopusoro diambil dari bermacam-macam bentuk dan nama ajarannya. Sebenarnya menurut ajarannya Hardopusoro ini bersifat rahasia.Di suatu tempat Hardopusoro mengakui bahwa manusia terdiri dari jasmani dan rohani.Jasmani dinamakan “raga” dan rohani dinamakan “rahsa”. Rahsa ini berasal dari “ rasa jati” dan rasa jati berasal dari “gaib”. Gaib ini bertempat di alam abstrak yang dinamakan “jagat pesegi”.
Jagat pesegi adalah alam tempat nanti manusi hidup kembali setelah mati meninggalkan alam kabir sahir.Keseluruhan struktur manusia itu disimpulkam didalam ajaran yang dinamakan “kurup 5” yang dirahasiakan kecuali bagi pengikut mereka, mrngajarkannya pun secara rahasia tidak boleh di bawah atap. Barang siapa mengajarkannya di dalam rumah maka akan mendapatkan kecelakaan.
Di dalam ajarannya yang dinamakan “Ringkesing Kurup” dapat ditemukan ajarannya tentang manusia ini.Bahan manusia itu ada tiga macam yaitu “ora”, “urip”, dan “gaib”.Bahan tiga inilah yang membentuk manusia seutuhnya seperti halnya wedang kopi yang terdiri dari gula, air, dan kopi, kata buku tersebut.Kemudian “ora” melahirkan angan-angan, “urip” melahirkan budi dan “gaib” melahirkan rahsa (diatas rahsa timbul dari rahsa jati dan rahsa jati timbul dari gaib).Seperusnya ketiga-tiganya tadi diperlengkap dengan “poncodriyo dan Hardo”. Maka genaplah ilmu unsure manusia yaitu angan-angan, budi, rahsa,poncodriyo dn hado. Barangkali inilah yang dinamakan kurup lima yang dirahasiakan itu.
Di dalam buku tersebut dikatakan bahwa sikap ketika akan melaksanakan pekerjaan, bergerak ataupun berkata ataupun mau tidur disuruh menjaga , ada saudara yang minta tolong kepada saudara, empat yang diluar yang demikian ini tidak sempurna/utama, karena badan kita ini “gaib – halus – wadang (manusia – wong – tiang) sudah bersifat satu utuh seperti ujud kita ini.
Jadi disini ada tiga macam juga, ialah alus, wadang, gaib.Ini dapat dibandingkan dengan uraian diatas/sebelumnya, yaitu angan-angan, budi, rahsa. Jadi wadang=angan-angan, alus=budi, gaib=rahsa. Didalam kutipan itu juga manusia terdiri dari sepuluh saudara.Di halaman berikutnya pada buku di atas memang dikatakan manusia itu mempunyai tiga lapis saudara yaitu sedulur jaba ada empat (saudara luar ada empat) sedulur jero ada empat (sedulur dalam ada empat) sedulur gaib ada dua. Jadi semuanya ada sepuluh, tetapi apa atau mana-mana saja yang sepuluh itu tidak ditulis di dalam buku tersebut.
Jadi kalau dikumpulkan keterangan yang terserak-serak itu, manusia kalau utuh dinamakan “Sarira Bathara” tersusun dari tiga lapis, yaitu badan wadang yang terdiri dari raga atau angan-angan atau sedulur jaba atau ora atau dan budi atau sedulur jero atau urip, serta badan rohani atau badan gaib atau sedulur gaib atau rahasia . dapat digambarkan sebagai berikut:
1.      Badan gaib/sedulur jero gaib/gaib manusia rahsa/jiwa/rasa jati
2.      Urip/budi/alus/wong
3.      Ora/angen-angen/wadang/tiang
Tujuan akhir manusia adlah kembalinya (sedulur gaib)atau gaib kembali kalam yang dinamakan jagat pasegi. Kalau di dunia, ialah tenangnya poncodriyo.Sehingga demikian orang yang intinya adalah gaib bisa menjadi eling, anteng, meneng, lerem, dan wening.
Etika Hardopusoro
Sesuai dengan namanya, yang menjadi titik tujuan Hardopusoro, menjelang tujuan akhirnya yang bersifat mistik, adalah pemadaman nafsu-nafsu.Nafsu yang diantara alatnya pancaindera, hendaknya menjadi tentram. Untuk menopang penenagnga dan penetraman nafsu inilah etika Hardopusoro yang tercantum di dalam ajrannya yang bernama “wiridan kawruh” yang dirahasiakan kecuali bagi warganya sendiri, tampaknya diadakan. Etika yang tergambar di dalam wiridan kawruh ini terdiri dari peraturan-peraturan dan larangan-larangan yang harus dipedomi oleh para warganya dalam kesehariannya.Di dalam keseluruhan peraturan dan larangan yang ada pada buku Hardopusoro dapat ditarik benang meranh yang menujukkan etika kejawen pada umumnya.Disamping itu tampak juga zuhudnya namun disini bukanlah zuhud yang ekstrim.
Diantara norma etika Hardopusoro sebagaimana tercantum dalam kitab Hardopusoro adalah sebagai berikut:
1.      “Eling”, “Lila”, dan “Sentosa”.
Eling berati ingat, lila berati rela dan sentosa berati kuat pendiriannya. Sebagaimana telah diketahui bahwa etika rela ini mengema juga di dalam aliran kebatinan yang lainya, walaupun penafsirannya berbeda-beda antara aliran satu dengan yang lainnya. Tetapi pada dasarnya arti dan maksudnya sama, ungkapan lila bahasa jawa adalah senada saja. Menurut Hardopusoro yang inti dari ketiga noema etika tersebut adalah eling.
Lila seharusnya rela kepada elingnya, demikian pula santosa adalah santosa elingnya.Di dalam wiridnya ditambah satu lagi etika yaitu “rumongso”. Rumongso berati merasa diri, jadi maksud keempat norma etika tersebut adalah bahwa orang harus ingat dengan rela dan tetap pendirian. Ingat kalau hidup “eling yen urip lan rumongso kawulaning urip”. Inilah inti dari kekempat norma etika Hardopusoro bahkan inti dari seluruh etikanya.
2.      “boten keperang lali sedulur”
artinya tidak boleh lupa saudara. Tetapi saudara disini yang dimaksud Hardopusoro yaitu sepuluh macam yang semuanya dapat dihubungkan dengan dirinya sendiri.Sebagaimana saudara dua belasnya sapta darma yang kesemuanya adalah dirinya sendiri.Saudara sepuluhnya ajaran Hardopusoro ada tiga kelompok, empat di luar, empat di dalam, dua gaib.Walaupun samar-samar keterangannya namun diperkirakan wujud dari saudara-saudra itu dapat juga berarti sebagai berikut:
Empat saudara di luar, ialah:
a.       Kakang kawah
b.      Adi ari-ari
c.       Pusat atau tali pusat
d.      Darah yang tertumpah ketika lahir
Empat saudara diluar, ialah:
a.       Nafsu mutmainnah
b.      Nafsu sufiah
c.       Nafsu lawamah
d.      Nafsu amarah
Dua saudara gaib ialah benih yang terdapat di dalam diri ayah dan di dalan diri ibu.
Perbuatan Luar Biasa dalam Hardopusoro
Di dalam hardopusoro ada juga kepercayaan tehadap perbuatan luar biasa.Dalam hal ini adalah pengobatan penyakit.Menurut Hardopusoro orang bisa mengobati penyakit dengan mengenang kurup 5, kemudian ibu jarinya dibasahi dengan ludah dilangit-langit mulut.Kemudian ibu jari yang sudah terkena ludah dioleskan kebagian badan yang terasa sakit. Menurut dan keyakinan Hardopusoro, dengan demikian penyakitnya akan sembuh. Kalu benar-benar sembuh maka dapat dikatakan perbuatan luar biasa, karena tidak ada hubungan kausalitas antara ibujari dengan kesembuhan penyakit.Tidak ada hubungan antara ludah dan penyakit.
Walaupun dikatakan bahwa diantara syaratnya adlah hanya mengenang kurup 5, itu tidak berate mudah pelaksanaan pekerjaan pengobatan dalam Hardopusoro. Mengenal apayang dinamakan kurup 5 dan merenungkannya merupakan keahlian tersendiri. Perenungan dan konsentrasi disini kelihatannya sangat berperan penting, perpaduan antara khasiat kurup 5 dengan kbenaran konsentrasi  barangkali merupakan syarat keberhasilan pengobatan Hardopusoro. Mungkin pada aliran ini berlaku dalil Hidayat Jati, bahwa kalau orang sudah dapat menyatu dengan tuhan, maka bagi orang tersebut “kang cinipto dadi”, apa yang dikehndakinya jadi.
Perbuatan luar biasa lain terdapat pada aliran Hardopusoro adalah yang diyakini para murid pernah terjadi pada diri guru dan pendiri Hardopusoro yang bernama Ki Sumocrito. Setelah meninggal dunia badan Ki Sumocitro ini mejadi sangat kecil, bahkan ketika akan dimasukkan keliang lahat, jasadnya hilang. Hal ini diyakini oleh para pengikutnya bahwa jasmani dan rohani Ki Sumocitrasudah masuk kealam kamuksan karena kesucian hidupnya dan karena diterima oleh Tuhan.
Kalau diperhatikan perbuatan-perbuatan yang luar biasa ini yang diyakini terjadi dikalangan aliran kebatinan sebagaimana tersebut diatas, maka terlihatlah bahwa adanya kemampuan melakukan perbuatan luar biasa itu adalah buah sampingan dari upaya mistiknya.Di dalam upaya mencapai tujuan mistiknya yaitu ingin bersatu dengan tuhan, maka dicapailah buah lainnya yaitu melakukan perbuatan luar biasa. Selainitu dicapai pula ketentraman batin yang juga pemberan Tuhan, hal tersebut kalau terwujud perbuatan luar biasa di dalam Islan disebut “karamah” dan yang terwujudkan rasa tentram disebut “ahwal”. Dan nampaknya sampingan tersebut juga ada pada mistik luar Islam.

Kesimpulan
Pada uraian diatas dapat disimpulkan bahwasannya aliran Hardopusoro ini merupakan aliran yangtidak berbeda dengan yang diajarkan dalam agam Islam, esensinya saja yang barangkali ada perbedaan, namun eksistensi itu sendiri dimana-mana sama yakni mencari sebuah kebenaran sejati yang hanya satu, dan terdapat zat-nya di dalam diri kita. Aliran ini lebih menonjolkan pada kekuatan daya panca indera. Panca indta disini tidak sama dengan pangertian panca indera pada umumnya, malainkan lebih menekankan pada jasmani dan rohani manusia.


Daftar Pustaka
Drs. Romdon, Tasawuf dan Aliran Kebatinan, Yogyakarta: LESFI, 1993
HARDO PUSORO












Makalah ini disusun guna memenuhi tugas matakuliah
ALIRAN KEBATINAN
Dr. WARDOYO


Disusun Oleh:

SITI MUNIRATUN NA’IM




AQIDAH FILSAFAT
JURUSAN USHULUDDIN
FAKULTAS USHULUDDIN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar