HADOPUSORO
PENDAHULUAN
Paguyuban ilmu
mistik kebatinan berlatar belakang budaya dan filsafat Jawa (Kejawen) ini
tergolong tua usianya.Paguyuban ini banyak melahirkan kaum waskita dan paling
berpengaruh pada masa akhir Kolonialisme di Indonesia.Lebih mudah menelusuri
aliran kebatinan dari riwayat hidup para pendirinya. Sebab dari para pendiri
paguyuban, kita bisa mengetahui apa dan bagaimana awalnya mereka mendapatkan
wahyu.
PEMBAHASAN
Sejarah dan pengertian Hardopusoro
Aliran Hardopusoro adalah salah satu diantara
kelompok aliran kebatinan yang ada ditanah jawa.Aliran ini sudah dikenal sejak
perang dunia ke II.Hardopusoro lahir pada tahun 1895, dan diperintis oleh Ki
Sumocitro.Hardopusoro pertamakali diajarkan di Malang, dan kemajuan aliran ini
dapat dikatakan lamban.Masyarakat mengenalnya dengan “ilmu manuk”, karena
pendirinya berasal dari desa kemanukan dan yang menjadi peyebab lambatnya
perkembangan aliran ini dikarenakan perdirinya yang mempunyai sifat tertutup,
tidak mau mengajarkan ajarannya ini dengan terbuka.Bahkan dia juga tidak
menerbitkan ajaran ini menjadi sebuah buku atau brosur-brosur.
Dia melaukan itu semua dikarnakan pengertian
hardopusoro sendiri adalah ajaran tentang pribadi-pribadi orang. Jadi
tidak layak kalau ajaran tentang
kepribadian manusia ini diajarkan secara terbuka, menurut orang-orang
hardopusoro. Aliran hardopusoro dalam megajarkan alirannya menempuh jalan
rahasia, dikarnakan mereka ingin ajrannya benar-benar menghujam kedalam lubuk
hati muridnya. Bahkan pada masa mulanya dalam mengajarkan ajarannya sering
mengambil tempat ditengah sungai sambil merendam tubuhnya hingga lehernya(
kungkum). Malah ada salah satu ajarannya yang sampai sekarang tidak boleh
diajarkan didalam rumah, istilah mereka”ing ngasdhap wangon”
Mengapa aliran ini bernama Hardopusoro, menurut
orang hardopusoro sebagai berikut. Hardo adalah bahasa jawa artinya gerak yang
sangat kuat, kata lain”getar” atau “kedher”. Pusoro artinya tali atau ikatan
untuk mengikat sesuatu.Jadi dari segi bahasa hardopusoro berarti getaran yang
diikat.Sedangkan yang dimaksud getaran atau hardo adalah getaran atau pancaindera.
Getaran panca indra menimbulkan kesadaran pada manusia, kesadaran manusia
menimbulkan keresahan-keresahan, lebih-lebih bila tidak dikekang sama sekali.
Menurut Hardopusoro gejolak getaran pancaindra yang merupakan pintu gerbang
untuk masuk kealam kesadaran haruslah diatur dan diikat agar tidak menimbulkan
keresahan, namun menimbulkan ketentraman, ketenangan. Oleh karena itu mereka
menamakan juga aliran ini dengan “Kaweruh Paugering Pancaindra”,artinya
Pengetahuan Pengendalian Pancaindera.
Sebagai ilmu pengendalian pancaindra
Hardopusoro mempunyai tujuan yaitu untuk menetramkan pancaindera ”lereming
pancadriya” dan hardopusoro mempunyai tujuan yang lebih jauh lagi yaitu bersatu
dengan Gaib (Tuhan). Adapun cara untuk mengendalikan pancaindera, Hardopusoro
mengajarkan dengan “wiridan kawruh”, “patrap”, dan “wewaler” (larangan).
Wiridannya agar orang selalu dapat mengatur
pancainderanya dengan diam dan tenang. Larangannya, Wiridan Kawruh Kasunyatan
Gaib Hardopusoro tidak boleh ditulis atau diajarkan kepada orang lain yang
bukan anggota atau warga Hardopusoro.
Ajaran Hardopusoro Tentang Tuhan dan Manusia
Pendiri aliran ini ialah orang yang diberi gelar Sang Maha Yogi Ki
Sumocitro yang meninggal pada tanggal 7 September 1922 di Jakarta dan
dimakamkan dipurworejo.Penerusnya yang terkenal ialah Ki Ageng Prawirowijoyo,
dan ia mengumpulkan ajaran ki Sumocrito ke dalam sebuah buku yang diberi nama hardopusoro
Nusantara Indonesia Kawruh Kasunyatan Wewedara Ketrangan Wiganti.Dari buku
inilah ajaran tentang manusia Hardopusoro diambil dari bermacam-macam bentuk
dan nama ajarannya. Sebenarnya menurut ajarannya Hardopusoro ini bersifat
rahasia.Di suatu tempat Hardopusoro mengakui bahwa manusia terdiri dari jasmani
dan rohani.Jasmani dinamakan “raga” dan rohani dinamakan “rahsa”. Rahsa ini
berasal dari “ rasa jati” dan rasa jati berasal dari “gaib”. Gaib ini bertempat
di alam abstrak yang dinamakan “jagat pesegi”.
Jagat pesegi adalah alam tempat nanti manusi hidup kembali setelah
mati meninggalkan alam kabir sahir.Keseluruhan struktur manusia itu disimpulkam
didalam ajaran yang dinamakan “kurup 5” yang dirahasiakan kecuali bagi pengikut
mereka, mrngajarkannya pun secara rahasia tidak boleh di bawah atap. Barang
siapa mengajarkannya di dalam rumah maka akan mendapatkan kecelakaan.
Di dalam ajarannya yang dinamakan “Ringkesing Kurup” dapat
ditemukan ajarannya tentang manusia ini.Bahan manusia itu ada tiga macam yaitu
“ora”, “urip”, dan “gaib”.Bahan tiga inilah yang membentuk manusia seutuhnya
seperti halnya wedang kopi yang terdiri dari gula, air, dan kopi, kata buku
tersebut.Kemudian “ora” melahirkan angan-angan, “urip” melahirkan budi dan
“gaib” melahirkan rahsa (diatas rahsa timbul dari rahsa jati dan rahsa jati
timbul dari gaib).Seperusnya ketiga-tiganya tadi diperlengkap dengan
“poncodriyo dan Hardo”. Maka genaplah ilmu unsure manusia yaitu angan-angan,
budi, rahsa,poncodriyo dn hado. Barangkali inilah yang dinamakan kurup lima
yang dirahasiakan itu.
Di dalam buku tersebut dikatakan bahwa sikap ketika akan
melaksanakan pekerjaan, bergerak ataupun berkata ataupun mau tidur disuruh
menjaga , ada saudara yang minta tolong kepada saudara, empat yang diluar yang
demikian ini tidak sempurna/utama, karena badan kita ini “gaib – halus – wadang
(manusia – wong – tiang) sudah bersifat satu utuh seperti ujud kita ini.
Jadi disini ada tiga macam juga, ialah alus, wadang, gaib.Ini dapat
dibandingkan dengan uraian diatas/sebelumnya, yaitu angan-angan, budi, rahsa.
Jadi wadang=angan-angan, alus=budi, gaib=rahsa. Didalam kutipan itu juga
manusia terdiri dari sepuluh saudara.Di halaman berikutnya pada buku di atas
memang dikatakan manusia itu mempunyai tiga lapis saudara yaitu sedulur jaba
ada empat (saudara luar ada empat) sedulur jero ada empat (sedulur dalam ada
empat) sedulur gaib ada dua. Jadi semuanya ada sepuluh, tetapi apa atau
mana-mana saja yang sepuluh itu tidak ditulis di dalam buku tersebut.
Jadi kalau dikumpulkan keterangan yang terserak-serak itu, manusia
kalau utuh dinamakan “Sarira Bathara” tersusun dari tiga lapis, yaitu badan
wadang yang terdiri dari raga atau angan-angan atau sedulur jaba atau ora atau dan
budi atau sedulur jero atau urip, serta badan rohani atau badan gaib atau
sedulur gaib atau rahasia . dapat digambarkan sebagai berikut:
1.
Badan
gaib/sedulur jero gaib/gaib manusia rahsa/jiwa/rasa jati
2.
Urip/budi/alus/wong
3.
Ora/angen-angen/wadang/tiang
Tujuan akhir manusia adlah kembalinya (sedulur gaib)atau gaib
kembali kalam yang dinamakan jagat pasegi. Kalau di dunia, ialah tenangnya
poncodriyo.Sehingga demikian orang yang intinya adalah gaib bisa menjadi eling,
anteng, meneng, lerem, dan wening.
Etika Hardopusoro
Sesuai dengan namanya, yang menjadi titik tujuan Hardopusoro,
menjelang tujuan akhirnya yang bersifat mistik, adalah pemadaman
nafsu-nafsu.Nafsu yang diantara alatnya pancaindera, hendaknya menjadi tentram.
Untuk menopang penenagnga dan penetraman nafsu inilah etika Hardopusoro yang
tercantum di dalam ajrannya yang bernama “wiridan kawruh” yang dirahasiakan
kecuali bagi warganya sendiri, tampaknya diadakan. Etika yang tergambar di
dalam wiridan kawruh ini terdiri dari peraturan-peraturan dan larangan-larangan
yang harus dipedomi oleh para warganya dalam kesehariannya.Di dalam keseluruhan
peraturan dan larangan yang ada pada buku Hardopusoro dapat ditarik benang
meranh yang menujukkan etika kejawen pada umumnya.Disamping itu tampak juga
zuhudnya namun disini bukanlah zuhud yang ekstrim.
Diantara norma etika Hardopusoro sebagaimana tercantum dalam kitab
Hardopusoro adalah sebagai berikut:
1.
“Eling”,
“Lila”, dan “Sentosa”.
Eling
berati ingat, lila berati rela dan sentosa berati kuat pendiriannya.
Sebagaimana telah diketahui bahwa etika rela ini mengema juga di dalam aliran
kebatinan yang lainya, walaupun penafsirannya berbeda-beda antara aliran satu
dengan yang lainnya. Tetapi pada dasarnya arti dan maksudnya sama, ungkapan
lila bahasa jawa adalah senada saja. Menurut Hardopusoro yang inti dari ketiga
noema etika tersebut adalah eling.
Lila
seharusnya rela kepada elingnya, demikian pula santosa adalah santosa elingnya.Di
dalam wiridnya ditambah satu lagi etika yaitu “rumongso”. Rumongso berati
merasa diri, jadi maksud keempat norma etika tersebut adalah bahwa orang harus
ingat dengan rela dan tetap pendirian. Ingat kalau hidup “eling yen urip lan
rumongso kawulaning urip”. Inilah inti dari kekempat norma etika Hardopusoro
bahkan inti dari seluruh etikanya.
2.
“boten keperang
lali sedulur”
artinya
tidak boleh lupa saudara. Tetapi saudara disini yang dimaksud Hardopusoro yaitu
sepuluh macam yang semuanya dapat dihubungkan dengan dirinya
sendiri.Sebagaimana saudara dua belasnya sapta darma yang kesemuanya adalah
dirinya sendiri.Saudara sepuluhnya ajaran Hardopusoro ada tiga kelompok, empat
di luar, empat di dalam, dua gaib.Walaupun samar-samar keterangannya namun
diperkirakan wujud dari saudara-saudra itu dapat juga berarti sebagai berikut:
Empat
saudara di luar, ialah:
a.
Kakang kawah
b.
Adi ari-ari
c.
Pusat atau tali
pusat
d.
Darah yang
tertumpah ketika lahir
Empat saudara diluar, ialah:
a.
Nafsu
mutmainnah
b.
Nafsu sufiah
c.
Nafsu lawamah
d.
Nafsu amarah
Dua saudara gaib ialah benih yang terdapat di dalam diri ayah dan
di dalan diri ibu.
Perbuatan Luar
Biasa dalam Hardopusoro
Di
dalam hardopusoro ada juga kepercayaan tehadap perbuatan luar biasa.Dalam hal
ini adalah pengobatan penyakit.Menurut Hardopusoro orang bisa mengobati
penyakit dengan mengenang kurup 5, kemudian ibu jarinya dibasahi dengan ludah
dilangit-langit mulut.Kemudian ibu jari yang sudah terkena ludah dioleskan
kebagian badan yang terasa sakit. Menurut dan keyakinan Hardopusoro, dengan
demikian penyakitnya akan sembuh. Kalu benar-benar sembuh maka dapat dikatakan
perbuatan luar biasa, karena tidak ada hubungan kausalitas antara ibujari
dengan kesembuhan penyakit.Tidak ada hubungan antara ludah dan penyakit.
Walaupun
dikatakan bahwa diantara syaratnya adlah hanya mengenang kurup 5, itu tidak
berate mudah pelaksanaan pekerjaan pengobatan dalam Hardopusoro. Mengenal apayang
dinamakan kurup 5 dan merenungkannya merupakan keahlian tersendiri. Perenungan
dan konsentrasi disini kelihatannya sangat berperan penting, perpaduan antara
khasiat kurup 5 dengan kbenaran konsentrasi
barangkali merupakan syarat keberhasilan pengobatan Hardopusoro. Mungkin
pada aliran ini berlaku dalil Hidayat Jati, bahwa kalau orang sudah dapat
menyatu dengan tuhan, maka bagi orang tersebut “kang cinipto dadi”, apa yang
dikehndakinya jadi.
Perbuatan
luar biasa lain terdapat pada aliran Hardopusoro adalah yang diyakini para
murid pernah terjadi pada diri guru dan pendiri Hardopusoro yang bernama Ki
Sumocrito. Setelah meninggal dunia badan Ki Sumocitro ini mejadi sangat kecil,
bahkan ketika akan dimasukkan keliang lahat, jasadnya hilang. Hal ini diyakini
oleh para pengikutnya bahwa jasmani dan rohani Ki Sumocitrasudah masuk kealam
kamuksan karena kesucian hidupnya dan karena diterima oleh Tuhan.
Kalau
diperhatikan perbuatan-perbuatan yang luar biasa ini yang diyakini terjadi
dikalangan aliran kebatinan sebagaimana tersebut diatas, maka terlihatlah bahwa
adanya kemampuan melakukan perbuatan luar biasa itu adalah buah sampingan dari
upaya mistiknya.Di dalam upaya mencapai tujuan mistiknya yaitu ingin bersatu
dengan tuhan, maka dicapailah buah lainnya yaitu melakukan perbuatan luar
biasa. Selainitu dicapai pula ketentraman batin yang juga pemberan Tuhan, hal
tersebut kalau terwujud perbuatan luar biasa di dalam Islan disebut “karamah”
dan yang terwujudkan rasa tentram disebut “ahwal”. Dan nampaknya sampingan
tersebut juga ada pada mistik luar Islam.
Kesimpulan
Pada
uraian diatas dapat disimpulkan bahwasannya aliran Hardopusoro ini merupakan
aliran yangtidak berbeda dengan yang diajarkan dalam agam
Islam, esensinya saja yang barangkali ada perbedaan, namun eksistensi itu
sendiri dimana-mana sama yakni mencari sebuah kebenaran sejati yang hanya satu,
dan terdapat zat-nya di dalam diri kita. Aliran ini lebih menonjolkan pada
kekuatan daya panca indera. Panca indta disini tidak sama dengan pangertian
panca indera pada umumnya, malainkan lebih menekankan pada jasmani dan rohani
manusia.
Daftar Pustaka
Drs. Romdon, Tasawuf dan Aliran
Kebatinan, Yogyakarta: LESFI, 1993
HARDO PUSORO
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas matakuliah
ALIRAN KEBATINAN
Dr. WARDOYO
Disusun Oleh:
SITI MUNIRATUN NA’IM
AQIDAH FILSAFAT
JURUSAN USHULUDDIN
FAKULTAS USHULUDDIN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SURAKARTA
2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar